BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai insan yang normal, setiap manusia ingin berkomunikasi
dengan manusia yang lainnya. Dengan demikian tidak terlepas dalam aktifitas
menyimak dan berbicara. Terutama dalam pemanfaatan bahasa lisan. Namun dalam kenyataannya
berbicara belum mendapat perhatian yang memadai karena masih dipadukan atau
diselipkan diantara pokok-pokok bahasan yang lain, seperti pragmatik, kosakata,
struktur, apresiasi sartra.
Berbicara sebagai salah satu bagian ketrampilan berbahasa mendapat
perhatian khusus. Ketrampilan berbicara diajarkan dan dikembangkan sejajar
dengan keterampilan-katerampilan yang lain, seperti menyimak, membaca, dan
menulis. Bahkan dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara terpadu. Untuk
itu masalah keterampilan berbicara perlu dipahami dan dibicarakan lebih jauh.
Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan
bahwa keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.Mari
perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan
dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua
arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim
pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan
tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio.
Banyak diantara kita yang berbicara di depan umum dalam suatu
kesempatan seperti: Diskusi, ceramah, khutbah atau rapat, bahkan presentasi
Tugas Akhir, Skripsi, Tesis dan Disertasi yang tidak menarik bagi audiensi.
Oleh karena itu perlu perencanaan dalam mempersiapkan suatu pembicaraan
secara baik, agar tidak terjadi suatu suasana yang tidak diingini dan tak
terarah. Perencanaan tersebut ternyata ada aturan dan mengikuti
langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
mempersiapkan pembicaraan tersebut, sebagai bahan. Disini diambil dari “Notebook
for Public Speaking”, A College Cource in Basic Principles,
ditulis oleh Ehrensbarger dan Pogel, diterbitkan oleh
Prentice-Hall, Inc, 1969.
1.2. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana pengertian berbicara?
b. Bagaimana tujuan dalam berbicara?
c. Bagaimana metode dan perencanaan yang diperlukan dalam berbicara?
d. Bagaimana berbicara yang ideal?
b. Bagaimana tujuan dalam berbicara?
c. Bagaimana metode dan perencanaan yang diperlukan dalam berbicara?
d. Bagaimana berbicara yang ideal?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui dan memahami pengertian berbicara.
b. Mengetahui tujuan dalam berbicara.
c. Mengetahui dan menerapkan metode dan perencanaan dalam berbicara.
d. Mengetahui dan memahami berbicara yang ideal.
a. Mengetahui dan memahami pengertian berbicara.
b. Mengetahui tujuan dalam berbicara.
c. Mengetahui dan menerapkan metode dan perencanaan dalam berbicara.
d. Mengetahui dan memahami berbicara yang ideal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kemampuan Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita
katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide
yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku
manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik
dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap
sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial (Tarigan,
1981:15).
Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen
yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang pembicara
memahami atau tidak, baik bahan pembicaraanya maupun para penyimaknya; apakah
dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
sedang mengkomunikasikan gagasan gagasannya; dan apakah dia waspada serta
antusias atau tidak (Mulgrave dalam Tarigan, 1981:4-5).
Baca :
Daftar lagu anak yang akan segera punah, jika tidak dilestarikan
Lirik Lagu wajib Nasional yang menggugah perasaan
Serba-Serbi Negara Denmark
Samakah Republik Dominica dan Commonwealth Dominica?
Kebelummatangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan
suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari
bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang
efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif
dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu (Greene dan Petty
dalam Tarigan, 1981: 39-40).
Kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk berkomunikasi
dengan orang lain, baik ketika berbicara, presentasi, menyampaikan pendapat,
berdebat, atau kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan
bahasa secara tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang disampaikan.
Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara
mendukung keberhasilan dalam berbicara (Apriawan. 2007).
Menurut
Knower (dalam Tarigan, 1981 : 17-18) seorang pembicara pada dasarnya terdiri
atas empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam menyatakan pikiran atau
pendapat kepada orang lain,diantaranya :
- Sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu : suatu pikiran (a thought).
- Sang pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata.
- Sang pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara.
- Sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang diperhatikan dan dibaca melalui mata.
2.2 Persiapan dalam Berbicara
Ada tiga hal yang harus dipersiapkan sebelum orang
berbicara, yaitu persiapan diri, persiapan materi dan persiapan pendukung.
Persiapan diri berkaitan dengan kondisi jasmani dan rohani pembicara, persiapan
materi berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, persiapan pendukung
mencakupi persiapan ilmu, persiapan vokal dan persiapan bahasa. Selain ketiga
hal tersebut, untuk menjadi pembicara yang ideal ada beberapa hal yang harus
diperhatikan.
1. Ketahui Subjek Pembicaraan Anda
1). Pilih sebuah Topik
(1). Buat topik menarik untuk anda sendiri. Jika tidak, anda
tidak mampu menguasai audiensi. Pembicaraan yang menarik akan lebih mudah
mengemukakannya dan dapat membuat suasana menjadi menarik.
(2).
Ketahui dengan baik latar belakang pembicaraan, karena hal itu sangat berguna
dalam pemulikanilustrasi, pemikiran, pengarahan dan pembahasan selagi
mengutarakannya.
2).
Ketahui Audiensi
Coba
analisis tipe dari audiensi anda, misalnya taraf pemikiran mereka apakah mampu
menyerap materi yang diberikan, dari segi mana harus dimulai dengan
ilustrasi-ilustrasi yang mampu menarik perhatian mereka dan sejauh apa materi
tersebut diungkapkan. Karena suatu pembicaraan yang tidak menarik adalah
terlalu enteng atau berat serta tidak menyangkut mereka. Rangsang minat dan
pemikiran audiensi kearah materi pembicaraan dengan menyelipkan ilustrasi yang
sesuai.
3). Perhatikan Suasana
(1).
Akan berbeda halnya dengan pembicara dalam ruangan kecil dengan ruangan
besar. Suara yang tidak bersemangat atau kurang jelas (lemah), biasanya
dapat menghilangkan minat pendengar, bahkan suara yang terlalu keras dapat
menghilangkan perhatian. Untuk itu pilih waktunya dimana penekanan suara
(keras) dilakukan pada topik sehingga menarik.
(2).
Ketahui pula waktu pembicaraan, dimana pendengar mulai bosan atau masih
menarik. Karena hal itu pilih lebih dahulu masalah yang paling penting
dan kemudian hal-hal yang kecil diselipkan diantaranya atau buat modifikasinya.
2. Macam masalah yang dibicarakan
1).
Pembicaraan yang tidak mempunyai spesifikasi tertentu, biasanya menjadi beku
dan dingin. Karena itu perlu diketahui dan diperhatikan macam
pembicaraan apa yang diutarakan/disampaikan. Anda mungkin memberikan:
(1). Kemukakan
kepada audiensi suatu proses, metoda atau teori.
(2). Beri keterangan
tentang kejadian, pesan lembaga dan sebagainya.
(3). Ajak audiansi
untuk mengetahui hal yang benar atau salah dari suatu permasalahan.
(4). Mencari sebab
dari suatu kejadian.
(5). Menyajikan
hal-hal humor dll.
2).
Buat Modifikasi dari macam-macam pembicaraan sesuai dengan kondisi serta
pemikiran audiensi anda.
3. Mempersiapkan materi
1).
Kumpulan materi-materi yang penting berupa ilustrasi/gambaran, rencana masalah,
contoh, pendapat dan gambaran dll. Untuk dicampur dalam pembicaraan.
Dapat diambil:
(1). Pengalaman dan
Pemikiran. Jangan mengambil pendapat orang lain begitu saja, pendapat anda
harus dimasukkan, dilengkapi dengan data lain dari pengamatan atau
sumber-sumber lain.
(2). Mungkin juga dari hasil interviu, polling dan
sebagainya
(3). Dapat juga
ditambahkan dari bacaan, radio dan mass media sebagai ilustrasi untuk menarik
minat pendengar.
2). Pengumpulan materi tersebut dapat juga
dari pendengaran sendiri.
4. Menyusun Materi Pembicaraan
1).
Pilih Satu pusat pembicaraan yang paling penting untuk diingatkan kepada
pendengar.
2).
Coba kembangkan pusat pembicaraan tersebut dan kemukakan yang baik, menanyakan
dan langsung menjawab atau cara lain.
3).
Coba juga apakah pendengar sudah dapat menyerap apa yang dikemukakan.
4).
Susun materi pembicaraan lebih jauh dengan memperhitungkan satu sama lainnya,
apakah tidak terjadi saling menutupi atau mengacaukan.
5). Buat pendahuluan serta kesimpulan yang baik
(1). Pendahuluan
harus segera menarik minat pendengar.
(2). Kesimpulan
harus pula dapat diambil searah dengan pendapat pendengar setelah materi
pembicaraan tadi atau coba rangsang mereka untuk menerimanya.
5.
Buat Pembicaraan Dalam Bahasa Yang Sesuai
1). Hindari kata-kata yang baru bagi pendengar atau dapat
diartikan lain. Buat kalimat-kalimat yang mudah dimengerti dan tidak
membosankan. Artinya Susun kalimat yang baik dan enak yaitu ada pokok, sebutan
dan keterangan.
2). Cari kata-kata
yang baik dalam membahas hal yang rumit agar mudah diterima. Misalnya
kurang dapat mengemukakan suatu analisis ketika pendengar sudah tidak
mempeerhatikan lagi.
6.
Latih Cara Mengemukakan Materi
1). Buat
pembicaraan menjadi lancar dan kembangkan suasana persahabatan, tidak kaku
serta menarik.
2). Gunakan
suara dan gerakan yang dapat menolong, tapi jaga jangan sampai berlebihan
3). Kendalikan
Emosi, jangan sampai gugup atau tidak bersemangat. Hindari hal-hal yang
dapat membuat anda hilang kendali waktu membicarakan suatu
masalah.
2.3 Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul
memahami isi pembicaraannya. Di samping juga harus dapat mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan,
tetapi bagaimana mengemukakannya. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik,
seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang
dibicarakan, sipembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan.
Selain itu, pembicara juga harus berbicara dengan jelas dan tepat (Arsjad dan
Mukti, 2006 : 17).
Kemampuan komunikasi yang paling dasar ialah kemampuan
menangkap makna dan pesan, menafsirkan dan menilai serta kemampuan untuk
mengekspresikan diri dengan bahasa, sehingga diharapkan siswa mampu mengasah
kepekaan emosi, mempertajam kepekaan perasaan serta meningkatkan kemampuan
berfikir dan bernalar untuk bekal hidup yang akan datang. Sesuai dengan tujuan
pembelajaran bahasa yakni untuk menghasilkan siswa yang terampil berbahasa
utamanya keterampilan berbicara, maka guru dan metode memiliki peran amat
penting. Tujuan utama orang berbicara adalah untuk meyakinkan pendengarnya
tentang sesuatu. Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar dapat
diubah, misalnya dari sikap menolak menjadi sikap menerima (Tarigan, 1981:38).
2.4 Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara
Agar dapat menyampaikan informasi secara efektif sebaiknya
pembicara betul-betul memahami isi pembicaraanya, juga harus dapat mengevaluasi
efek komunitasnya terhadap pendengar. Jadi bukan hanya apa yang akan
dibicarakan tetapi bagaimana mengemukakannya yang meliputi masalah bahasa dan
pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut.
Seseorang yang berbicara di depan orang lain, belum tentu
lancar seperti yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik,
seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa dia menguasai masalah
yang dibicarakan, pembicara juga harus memperhatikan keberanian dan kegairahan.
Selain itu, pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat.
Dalam
hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan perlu diajarkan kepada
siswa agar siswa mempunyai keefektifan kemampuan berbicara yaitu faktor kebahasaan
dan faktor non kebahasaan.
Faktor
penunjang keefektifan berbicara menurut Arsyad (2005: 17-22) diklasifikasikan
sebagai berikut :
1.
Faktor kebahasaan
Yang termasuk faktor kebahasaan sebagai penunjang
keefektifan berbicara yaitu :
a. Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan
diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang
kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi
bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang
menyenangkan, atau kurang menarik atau sedikitnya dapat mengalihkan perhatian
pendengar.
b. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi
dan Durasi yang sesuai
Penempatan tekanan, nada, sendi, dan
durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan
kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan
kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai,
akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik.
c. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas
dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi
sasaran, sehingga mampu meninggalkan kesan, menimbulkan pengaruh atau
menimbulkan akibat.
d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian
kalimat. Pembicaraan yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar
menangkap pembicaraannya. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat
efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh,
meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.
2. Faktor nonkebahasaan
Yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah :
a. Sikap yang Wajar, Tenang dan
Tidak Kaku
Dengan penguasaan materi yang baik
setidaknya akan dapat menghilangkan kegugupan dan pembicara dapat bersikap
wajar, tenang dan tidak kaku. Dengan sikap yang wajar sebenarnya pembicara
sudah dapat menunjukan otoritas dan intergritas dirinya. Sebaiknya latihan
sikap ini ditanamkan lebih awal karena sikap ini merupakan modal utama untuk
kesuksesan berbicara.
b. Pandangan Harus Diarahkan ke
Lawan Bicara
Dengan
sikap ini pembicara melibatkan pada semua pendengar, pandangan yang tertuju
pada satu arah saja akan menimbulkan pendengar kurang memperhatikan. Untuk itu
pendengar dan pembicara saling berkaitan dalam kegiatan berbicara.
c. Kesediaan Menghargai Pendapat
Orang Lain
Seorang pembicara hendaknya memiliki
sikap terbuka, mau menerima pendapat orang lain dan bersedia menerima pendapat
orang lain dan bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau
memang keliru.
d. Gerak-Gerik Mimik yang Tepat
Hal ini dapat menunjang keefektifan
berbicara yang dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku.
e. Kenyaringan Suara
Tingkat kenyaringan suara
disesuaikan dengan situasi, tempat dan jumlah pendengar. Dengan kenyaringan
suara, pendengar dapat mendengarkan dengan jelas isi pembicara.
f. Kelancaran
Bila seorang pembicara lancar
berbicara memudahkan penerimaan isi pembicaraannya.
g. Relevansi atau Penalaran
Gagasan demi gagasan harus
berhubungan secara logis. Dengan begitu hubungan kalimat dengan kalimat
harus berhubungan dengan topik pembicaraan.
h. Penguasaan Topik
Tujuan penguasaan topik untuk
menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik sangat penting
sebagai faktor utama dalam berbicara.
2.5 Metode Dan Perencanaan Berbicara
§
§ Metode
Maksud dan tujuan
pembicaraan, kesempatan, pendengar, ataupun waktu untuk persiapan sangat
menentukan dalam memilih metode atau cara pembicaraan.
Metode penyajian lisan atau berbicara
dapat dibedakan menjadi:
1)
Metode Impromtu (serta-merta)
Metode
ini menyampaikan bahan bicaranya didasarkan atas kebutuhan sesaat. Pembicara
tidak berkesempatan untuk mempersiapkan bahan pembicaraan sama sekali. Oleh
karena itu wajar bila pembicara berbicara atas dasar pengetahuan dan pengalaman
yang dimilikinya serta teringat di benaknya.
2)
Metode Menghafal
Pembicaraan
membawakan bahan bicara perencanaan yang cukup matang dan ditulis secara
lengkap, kemudian dihafal kata demi kata,kalimat demi kalimat. Dengan metode
ini pembicaraan menjadi kaku dan tidak menarik, karena pembicara cenderung
menguras tenaga dan ingatan pada bahan yang telah ditulis, sehingga tidak ada
usaha menarik perhatian pendengar.
3)
Metode Naskah
Penggunaan
metode ini dapat kita jumpai pada pidato-pidato resmi, pidato radio dan
televisi. Metode ini agak kaku sifatnya, karena pembicara selalu mengarahkan
pandangan pada naskah yang dihadapinya. Pembicara yang kurang berpengalaman
akan mengalami kesulitan dalam memberikan tekanan dan variasi suara untuk
menghidupkan pembicaraan dan menarik perhatian pendengar.
4)
Metode Ekstemporan (Tanpa naskah)
Uraian
yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat
catatan-catatan kecil yang penting. Dengan demikian dapat dimanfaatkan oleh
pembicara untuk mengurutkan pembicaraannya.
§ Langkah-langkah perencanaan
Dalam merencanakan suatu
pembicaraan, kita harus mengikuti langkah-langkah berikut :
- Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita.
Kalau pokok pembicaraan yang hendak
disampaikan memang menarik hati kita sebagai pembicara, hampir-hampir dapat
dipastikan akan menarik perhatian para pendengar juga. Kebanyakan orang akan
lebih cenderung, mendengarkan suatu pembicaraan yang baik mengenai suatu pokok
atau judul yang disenangi oleh sang pembicara daripada suatu pembicara yang membosankan
mengenai suatu hal yang sedikit diketahui oleh sang pembicara.
- Membatasi pokok pembicaraan.
Tidaklah mungkin menceritakan segala
sesuatu secara terperinci dari setiap pokok pembicaraan dalam waktu singkat.
Dengan jalan membatasi pokok pembicaraan maka mungkinlah kita mencakup suatu
bidang tertentu secara baik dan menarik. Kalau kita coba mempelajari terlalu
banyak hal, mau tidak mau pembicaraan kita menjadi terlalu umum dan akan
meninggalkan kesan yang samar-samar pada para pendengar.
- Mengumpulkan bahan-bahan.
Andai kata kita telah biasa dengan
pokok masalah yang hendak disampaikan maka yang menjadi masalah adalah mencari
bahan yang lebih banyak yang diperlukan. Akan tetapi, bila kita membutuhkan
bahan tambahan, kita dapat mengkumpulkannya dari berbagai sumber, misalnya dari
buku-buku, eksiklopedia, majalah, makalah, dan lain-lain. Kalau kebetulan ada
orang-orang ahli dalam bidang itu yang dapat kita hubungi, kita dapat
mengadakan wawancara dengan mereka.
- Menyusun bahan.
Pembicaraan yang hendak disampaikan
hendaknya (dan biasanya) terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1. Pendahuluan
Rencanakanlah menarik perhatian para
pendengar dalam kalimat pembuka. Kita dapat memulai dengan suatu pertanyaan
yang merangsang atau suatu pernyataan yang menimbulkan rasa ingin tahu dari
para pendengar.
2. Isi
Dalam merencanakan isi pembicaraan,
kita harus membuat suatu bagan butir-butir penting yang akan ditelusuri.
Rencanakanlah mempergunakan kata-kata peralihan yang akan memudahkan para
pendengar mengikuti gagasan-gagasan kita. Misalnya:
Pertama-tama…. Kedua … ketiga …
akhirnya …
Langkah pertama … langkah kedua …
Kalimat-kalimat dalam isi
pembicaraan kita hendaklah bersemangat, bergairah, antusias, logis, dan
spesifik.
3.
Simpulan
Simpulan sebaiknya tidak lebih dari
satu atau dua kalimat. Simpulan hendaknya merangkumkan butir-butir penting dari
pembicaraan kita. Beberapa kata terakhir hendaklah dipilih yang tepat dan baik
yang diucapkan dengan penuh semangat dan penekanan.
2.6 Tahapan Dalam Pembicaraan
Untuk melakukan suatu
pembicaraan, komunikator hendaknya sedapaat mungkin membuat
persiapan-persiapan, sehingga akan memperlancar penyampaian pembicaraan.
Tahapan dalam menyampaikan pembicaraan adalah Persiapan, Penyajian, dan Penutupan.
1) Persiapan
Persiapan
seorang komunikator dalam menyampaikan pembicaraan adalah sebagai berikut.
- Pengetahuan, komunikator harus mempersiapkan, memahami, dan menguasai materi pembicaraan secara mendalam, karena mungkin saja diantara para komunikan ada yang lebih menguasai materi yang akan disampaikan. Penguasaan materi akan membuat rasa percaya diri komunikator.
- Sistematika Penyajian, sistematika atau urutan penyajian harus diperhatikan agar penyampaian materi tidak menyimpan dari pokok pembicaraan atau sesuai dengan urutan.
- Alat Bantu, untuk menyampaikan materi, hendaknya komunikator mempersiapkan dan berlatih menggunakan alat bantu (alat peraga). Alat-alat bantu yang digunakan antara lain OHP, bagan, skema, gambar, model, alat tiruan dan sebagainya.
- Tempat, komunikator harus mempersiapkan tempat, terutama bagi komunikan pemula, agar lebih menguasai diri ketika tampil di depan komunikan.
- Waktu, komunikator harus mempersiapkan waktu berbicara secermat mungkin, agar pembicaraan tidak bertele-tele yang akan membuat pembicaraan menjadi tidak fokus. Waktu yang digunakan harus disesuaikan dengan ruang lingkup topik pembicaraan.
2) Penyajian
Dalam menyajikan materi
kepada komunikan, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
- Pendahuluan, hal-hal yang harus disampaikan pada pendahuluan adalah Motivasi, yang disampaikan untuk menarik perhatian pendengar, Tujuan, untuk memperjelas tujuan disampaikan materi. Ruang lingkup pembicaraan, untuk membatasi pembahasan materi pembicaraan.
- Isi, isi pembicaraan harus jelas, menarik dan terfokus.
3) Penutup
Komunikator
yang baik harus mampu menutup pembicaraan dengan baik pula, dalam arti menutup
tepat pada waktunya dan setelah materi disampaikan secara utuh. Untuk itu
penutupan pembicaraan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
- Menyampaikan ringkasan materi pembiccaraan dan menekankan kembali pentingnya pembicaraan tersebut.
- Memotivasi kembali komunikan
- Memberikan saran, ajakan, atau harapan kepada komunikan setelah kembali ke tempat masing-masing.
- Memberikan ucapan terima kasih kepada para komunikan disertai permohonan maaf jika ada kesalahan dan kata-kata yang menyinggung perasaan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Simpulan
- Seseorang yang pandai berbicara adalah seseorang dapat menyampaikan topik secara jelas. Pembicara mengetahui siapa yang diajak berbicara agar dapat berbicara dengan baik dan benar serta berbicara harus urut dari urutan awal, tengah dan akhir. Pembicara harus menggunakan faktor psikis, psikologis dan neurologis dan linguistik dalam menyampaikan gagasannya.
- Setiap Pembicaraan yang kita sampaikan harus menggunakan konsep yang baik dari awal acara sampai akhir pembicaraan kita supaya orang lebih memahami apa yang kita sampaikan.
- Buat orang lain tertarik kepada topik pembicaraan kita, sampaikan pembicaraan dengan menggunakan bahasa dan cara yang tepat dalam setiap acara dengan menyesuaikan situasi di mana kita berbicara.
3.2.
Saran
Dalam makalah ini kami berharap agar para pembaca lebih
khususnya kami sendiri selaku pembuat makalah bisa mengenal, mengetahui dan
bisa mempraktekan keterampilan berbicara dalam teknik berdiskusi, supaya
nantinya dalam berbicara ataupun melakukan diskusi para audiens bisa tertarik
atau menerima dan paham dengan apa yang kita sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Khayyirah, Balqis.
2013. Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik. Yogyakarta: DIVA
Press.
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Retorika Pendekatan Praktis. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Hendry
Guntur. 1979. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
https://lizenhs.wordpress.com/2013/03/08/bagaimana-mempersiapkan-suatu-pembicaraan/
http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-kemampuan-berbicara-menurut.html
.
Terima kasih sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus