Duniaku

Duniaku
Indahnya Duniaku

Views :

Sabtu, 11 Februari 2017

MAKALAH : PERENCANAAN PEMBICARAAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sebagai insan yang normal, setiap manusia ingin berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Dengan demikian tidak terlepas dalam aktifitas menyimak dan berbicara. Terutama dalam pemanfaatan bahasa lisan. Namun dalam kenyataannya berbicara belum mendapat perhatian yang memadai karena masih dipadukan atau diselipkan diantara pokok-pokok bahasan yang lain, seperti pragmatik, kosakata, struktur, apresiasi sartra.
Berbicara sebagai salah satu bagian ketrampilan berbahasa mendapat perhatian khusus. Ketrampilan berbicara diajarkan dan dikembangkan sejajar dengan keterampilan-katerampilan yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis. Bahkan dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara terpadu. Untuk itu masalah keterampilan berbicara perlu dipahami dan dibicarakan lebih jauh.
Penyajian materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa keterampilan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.Mari perhatikan kehidupan masyarakat. Anggota-anggota masyarakat saling berhubungan dengan cara berkomunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi satu arah, dua arah, dan multi arah. Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi isi pesan tersebut. Misalnya, khotbah jumat dan berita di TV atau radio.
Banyak diantara kita yang berbicara di depan umum dalam suatu kesempatan seperti: Diskusi, ceramah, khutbah atau rapat, bahkan presentasi Tugas Akhir, Skripsi, Tesis dan Disertasi yang tidak menarik bagi audiensi.  Oleh karena itu perlu perencanaan dalam mempersiapkan suatu pembicaraan secara baik, agar tidak terjadi suatu suasana yang tidak diingini dan tak terarah.  Perencanaan tersebut ternyata ada aturan dan mengikuti langkah-langkah tertentu.  Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam mempersiapkan pembicaraan tersebut, sebagai bahan.  Disini diambil dari “Notebook for Public Speaking”, A College Cource in Basic Principles, ditulis oleh Ehrensbarger dan Pogel, diterbitkan oleh Prentice-Hall, Inc, 1969.


1.2.  Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian berbicara?
b. Bagaimana tujuan dalam berbicara?
c. Bagaimana metode dan perencanaan yang diperlukan dalam berbicara?
d. Bagaimana berbicara yang ideal?

1.3.  Tujuan Penulisan
a. Mengetahui dan memahami pengertian berbicara.
b. Mengetahui tujuan dalam berbicara.
c. Mengetahui dan menerapkan metode dan perencanaan dalam berbicara.
d. Mengetahui dan memahami berbicara yang ideal.



BAB II
PEMBAHASAN


2.1.  Pengertian Kemampuan Berbicara

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial (Tarigan, 1981:15).
Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraanya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia sedang mengkomunikasikan gagasan gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak (Mulgrave dalam Tarigan, 1981:4-5). 


Baca :  

Kebelummatangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari bahwa keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa yang lainnya itu (Greene dan Petty dalam Tarigan, 1981: 39-40).
Kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik ketika berbicara, presentasi, menyampaikan pendapat, berdebat, atau kegiatan lainnya. Kemampuan berbicara identik dengan penggunaan bahasa secara tepat, sehingga pendengar dapat mengerti apa yang disampaikan. Selain itu, sikap dan pengetahuan menentukan waktu yang tepat untuk berbicara mendukung keberhasilan dalam berbicara (Apriawan. 2007).

Menurut Knower (dalam Tarigan, 1981 : 17-18) seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuanya diperlukan dalam menyatakan pikiran atau pendapat kepada orang lain,diantaranya :
  1. Sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu : suatu pikiran (a thought).
  2. Sang pembicara adalah pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata.
  3. Sang pembicara adalah sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan, menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara.
  4. Sang pembicara adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang diperhatikan dan dibaca melalui mata. 

2.2  Persiapan dalam Berbicara

Ada tiga hal yang harus dipersiapkan sebelum orang berbicara, yaitu persiapan diri, persiapan materi dan persiapan pendukung. Persiapan diri berkaitan dengan kondisi jasmani dan rohani pembicara, persiapan materi berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, persiapan pendukung mencakupi persiapan ilmu, persiapan vokal dan persiapan bahasa. Selain ketiga hal tersebut, untuk menjadi pembicara yang ideal ada beberapa hal yang harus diperhatikan. 
1. Ketahui Subjek Pembicaraan Anda
1). Pilih sebuah Topik
(1). Buat topik menarik untuk anda sendiri. Jika tidak, anda tidak mampu menguasai audiensi.  Pembicaraan yang menarik akan lebih mudah mengemukakannya dan dapat membuat suasana menjadi menarik.
(2).  Ketahui dengan baik latar belakang pembicaraan, karena hal itu sangat berguna dalam pemulikanilustrasi, pemikiran, pengarahan dan pembahasan selagi mengutarakannya.
 2). Ketahui Audiensi
Coba analisis tipe dari audiensi anda, misalnya taraf pemikiran mereka apakah mampu menyerap materi yang diberikan, dari segi mana harus dimulai dengan ilustrasi-ilustrasi yang mampu menarik perhatian mereka dan sejauh apa materi tersebut diungkapkan.  Karena suatu pembicaraan yang tidak menarik adalah terlalu enteng atau berat serta tidak menyangkut mereka. Rangsang minat dan pemikiran audiensi kearah materi pembicaraan dengan menyelipkan ilustrasi yang sesuai.
3). Perhatikan Suasana
(1). Akan berbeda halnya  dengan pembicara dalam ruangan kecil dengan ruangan besar.  Suara yang tidak bersemangat atau kurang jelas (lemah), biasanya dapat menghilangkan minat pendengar, bahkan suara yang terlalu keras dapat menghilangkan perhatian.  Untuk itu pilih waktunya dimana penekanan suara (keras) dilakukan pada topik sehingga menarik.
(2). Ketahui pula waktu pembicaraan, dimana pendengar mulai bosan atau masih menarik.  Karena hal itu pilih lebih dahulu masalah yang paling penting dan kemudian hal-hal yang kecil diselipkan diantaranya atau buat modifikasinya.

2.  Macam masalah yang dibicarakan
1). Pembicaraan yang tidak mempunyai spesifikasi tertentu, biasanya menjadi beku dan dingin.  Karena itu perlu diketahui dan  diperhatikan macam pembicaraan apa yang diutarakan/disampaikan.  Anda mungkin memberikan:
(1). Kemukakan kepada audiensi suatu proses, metoda atau teori.
(2). Beri keterangan tentang kejadian, pesan lembaga dan sebagainya.
(3).  Ajak audiansi untuk mengetahui hal yang benar atau salah dari suatu permasalahan.
(4). Mencari sebab dari suatu kejadian.
(5). Menyajikan hal-hal humor dll.
2). Buat Modifikasi dari macam-macam pembicaraan sesuai dengan kondisi serta pemikiran audiensi anda.

3.  Mempersiapkan materi
1). Kumpulan materi-materi yang penting berupa ilustrasi/gambaran, rencana masalah, contoh, pendapat dan gambaran dll. Untuk dicampur dalam pembicaraan.  Dapat diambil:
(1).  Pengalaman dan Pemikiran. Jangan mengambil pendapat orang lain begitu saja, pendapat anda harus dimasukkan, dilengkapi dengan data lain dari pengamatan atau sumber-sumber lain.
(2).  Mungkin juga dari hasil interviu, polling dan sebagainya
(3).  Dapat juga ditambahkan dari bacaan, radio dan mass media sebagai ilustrasi untuk menarik minat pendengar.
2). Pengumpulan materi tersebut dapat juga dari pendengaran sendiri.

4.  Menyusun Materi Pembicaraan
1). Pilih Satu pusat pembicaraan yang paling penting untuk diingatkan kepada pendengar.
2). Coba kembangkan pusat pembicaraan tersebut dan kemukakan yang baik, menanyakan dan langsung menjawab atau cara lain.
3). Coba juga apakah pendengar sudah dapat menyerap apa yang dikemukakan.
4). Susun materi pembicaraan lebih jauh dengan memperhitungkan satu sama lainnya, apakah tidak terjadi saling menutupi atau mengacaukan.
5).  Buat pendahuluan serta kesimpulan yang baik
(1). Pendahuluan harus segera menarik minat pendengar.
(2). Kesimpulan harus pula dapat diambil searah dengan pendapat pendengar setelah materi pembicaraan tadi atau coba rangsang mereka untuk menerimanya.

5.   Buat Pembicaraan Dalam Bahasa Yang Sesuai
1). Hindari kata-kata yang baru bagi pendengar atau dapat diartikan lain.  Buat kalimat-kalimat yang mudah dimengerti dan tidak membosankan. Artinya Susun kalimat yang baik dan enak yaitu ada pokok, sebutan dan keterangan.
2).   Cari kata-kata yang baik dalam membahas hal yang rumit agar mudah diterima.  Misalnya kurang dapat mengemukakan suatu analisis ketika pendengar sudah tidak mempeerhatikan lagi.

6.  Latih Cara Mengemukakan Materi
1).     Buat pembicaraan menjadi lancar dan kembangkan suasana persahabatan, tidak kaku serta menarik.
2).     Gunakan suara dan gerakan yang dapat menolong, tapi jaga jangan sampai berlebihan
3).     Kendalikan Emosi, jangan sampai gugup atau tidak bersemangat.  Hindari hal-hal yang dapat membuat anda hilang kendali waktu    membicarakan suatu masalah.

2.3  Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya. Di samping juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaimana mengemukakannya. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa ia menguasai masalah yang dibicarakan, sipembicara juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara juga harus berbicara dengan jelas dan tepat (Arsjad dan Mukti, 2006 : 17).
Kemampuan komunikasi yang paling dasar ialah kemampuan menangkap makna dan pesan, menafsirkan dan menilai serta kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan bahasa, sehingga diharapkan siswa mampu mengasah kepekaan emosi, mempertajam kepekaan perasaan serta meningkatkan kemampuan berfikir dan bernalar untuk bekal hidup yang akan datang. Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa yakni untuk menghasilkan siswa yang terampil berbahasa utamanya keterampilan berbicara, maka guru dan metode memiliki peran amat penting. Tujuan utama orang berbicara adalah untuk meyakinkan pendengarnya tentang sesuatu. Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah, misalnya dari sikap menolak menjadi sikap menerima (Tarigan, 1981:38).

2.4  Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara

Agar dapat menyampaikan informasi secara efektif sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraanya, juga harus dapat mengevaluasi efek komunitasnya terhadap pendengar. Jadi bukan hanya apa yang akan dibicarakan tetapi bagaimana mengemukakannya yang meliputi masalah bahasa dan pengucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut.
Seseorang yang berbicara di depan orang lain, belum tentu lancar seperti yang diharapkan. Untuk dapat menjadi pembicara yang baik, seorang pembicara selain harus memberikan kesan bahwa dia menguasai masalah yang dibicarakan, pembicara juga harus memperhatikan keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat.

Dalam hal ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan perlu diajarkan kepada siswa agar siswa mempunyai keefektifan kemampuan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. 

Faktor penunjang keefektifan berbicara menurut Arsyad (2005: 17-22) diklasifikasikan sebagai berikut :
1.  Faktor kebahasaan
Yang termasuk faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara yaitu :
a. Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik atau sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar.
b. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi dan Durasi yang sesuai 
Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik.
c. Pilihan Kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran, sehingga mampu meninggalkan kesan, menimbulkan pengaruh atau menimbulkan akibat. 
d. Ketepatan Sasaran Pembicaraan
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicaraan yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat.

2.  Faktor nonkebahasaan
Yang termasuk faktor nonkebahasaan adalah :
a. Sikap yang Wajar, Tenang dan Tidak Kaku 
Dengan penguasaan materi yang baik setidaknya akan dapat menghilangkan kegugupan dan pembicara dapat bersikap wajar, tenang dan tidak kaku. Dengan sikap yang wajar sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukan otoritas dan intergritas dirinya. Sebaiknya latihan sikap ini ditanamkan lebih awal karena sikap ini merupakan modal utama untuk kesuksesan berbicara.
b. Pandangan Harus Diarahkan ke Lawan Bicara
Dengan sikap ini pembicara melibatkan pada semua pendengar, pandangan yang tertuju pada satu arah saja akan menimbulkan pendengar kurang memperhatikan. Untuk itu pendengar dan pembicara saling berkaitan dalam kegiatan berbicara.
c. Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain 
Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, mau menerima pendapat orang lain dan bersedia menerima pendapat orang lain dan bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau memang keliru.
d. Gerak-Gerik Mimik yang Tepat
Hal ini dapat menunjang keefektifan berbicara yang dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku.
e. Kenyaringan Suara
Tingkat kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat dan jumlah pendengar. Dengan kenyaringan suara, pendengar dapat mendengarkan dengan jelas isi pembicara.
f. Kelancaran
Bila seorang pembicara lancar berbicara memudahkan penerimaan isi pembicaraannya.
g. Relevansi atau Penalaran
Gagasan demi gagasan harus berhubungan secara logis. Dengan begitu hubungan kalimat dengan kalimat harus berhubungan dengan topik pembicaraan.
h. Penguasaan Topik
Tujuan penguasaan topik untuk menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Jadi penguasaan topik sangat penting sebagai faktor utama dalam berbicara.

2.5  Metode Dan Perencanaan Berbicara

§ 
      §    Metode

Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar, ataupun waktu untuk persiapan sangat menentukan dalam memilih metode atau cara pembicaraan.
Metode penyajian lisan atau berbicara dapat dibedakan menjadi:
1) Metode Impromtu (serta-merta)
Metode ini menyampaikan bahan bicaranya didasarkan atas kebutuhan sesaat. Pembicara tidak berkesempatan untuk mempersiapkan bahan pembicaraan sama sekali. Oleh karena itu wajar bila pembicara berbicara atas dasar pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya serta teringat di benaknya.
2) Metode Menghafal
Pembicaraan membawakan bahan bicara perencanaan yang cukup matang dan ditulis secara lengkap, kemudian dihafal kata demi kata,kalimat demi kalimat. Dengan metode ini pembicaraan menjadi kaku dan tidak menarik, karena pembicara cenderung menguras tenaga dan ingatan pada bahan yang telah ditulis, sehingga tidak ada usaha menarik perhatian pendengar.
3) Metode Naskah
Penggunaan metode ini dapat kita jumpai pada pidato-pidato resmi, pidato radio dan televisi. Metode ini agak kaku sifatnya, karena pembicara selalu mengarahkan pandangan pada naskah yang dihadapinya. Pembicara yang kurang berpengalaman akan mengalami kesulitan dalam memberikan tekanan dan variasi suara untuk menghidupkan pembicaraan dan menarik perhatian pendengar.
4) Metode Ekstemporan (Tanpa naskah)
Uraian yang akan dibawakan dengan metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan-catatan kecil yang penting. Dengan demikian dapat dimanfaatkan oleh pembicara untuk mengurutkan pembicaraannya.

§    Langkah-langkah perencanaan
Dalam merencanakan suatu pembicaraan, kita harus mengikuti langkah-langkah berikut :
  • Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita.
Kalau pokok pembicaraan yang hendak disampaikan memang menarik hati kita sebagai pembicara, hampir-hampir dapat dipastikan akan menarik perhatian para pendengar juga. Kebanyakan orang akan lebih cenderung, mendengarkan suatu pembicaraan yang baik mengenai suatu pokok atau judul yang disenangi oleh sang pembicara daripada suatu pembicara yang membosankan mengenai suatu hal yang sedikit diketahui oleh sang pembicara.
  • Membatasi pokok pembicaraan.
Tidaklah mungkin menceritakan segala sesuatu secara terperinci dari setiap pokok pembicaraan dalam waktu singkat. Dengan jalan membatasi pokok pembicaraan maka mungkinlah kita mencakup suatu bidang tertentu secara baik dan menarik. Kalau kita coba mempelajari terlalu banyak hal, mau tidak mau pembicaraan kita menjadi terlalu umum dan akan meninggalkan kesan yang samar-samar pada para pendengar.
  • Mengumpulkan bahan-bahan.
Andai kata kita telah biasa dengan pokok masalah yang hendak disampaikan maka yang menjadi masalah adalah mencari bahan yang lebih banyak yang diperlukan. Akan tetapi, bila kita membutuhkan bahan tambahan, kita dapat mengkumpulkannya dari berbagai sumber, misalnya dari buku-buku, eksiklopedia, majalah, makalah, dan lain-lain. Kalau kebetulan ada orang-orang ahli dalam bidang itu yang dapat kita hubungi, kita dapat mengadakan wawancara dengan mereka.
  • Menyusun bahan.
Pembicaraan yang hendak disampaikan hendaknya (dan biasanya) terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1.      Pendahuluan
Rencanakanlah menarik perhatian para pendengar dalam kalimat pembuka. Kita dapat memulai dengan suatu pertanyaan yang merangsang atau suatu pernyataan yang menimbulkan rasa ingin tahu dari para pendengar.
2.      Isi
Dalam merencanakan isi pembicaraan, kita harus membuat suatu bagan butir-butir penting yang akan ditelusuri. Rencanakanlah mempergunakan kata-kata peralihan yang akan memudahkan para pendengar mengikuti gagasan-gagasan kita. Misalnya:
Pertama-tama…. Kedua … ketiga … akhirnya …
Langkah pertama … langkah kedua …
Kalimat-kalimat dalam isi pembicaraan kita hendaklah bersemangat, bergairah, antusias, logis, dan spesifik.
3.      Simpulan
Simpulan sebaiknya tidak lebih dari satu atau dua kalimat. Simpulan hendaknya merangkumkan butir-butir penting dari pembicaraan kita. Beberapa kata terakhir hendaklah dipilih yang tepat dan baik yang diucapkan dengan penuh semangat dan penekanan.

2.6  Tahapan Dalam Pembicaraan

Untuk melakukan suatu pembicaraan, komunikator hendaknya sedapaat mungkin membuat persiapan-persiapan, sehingga akan memperlancar penyampaian pembicaraan. Tahapan dalam menyampaikan pembicaraan adalah Persiapan, Penyajian, dan Penutupan.

1)      Persiapan

Persiapan seorang komunikator dalam menyampaikan pembicaraan adalah sebagai berikut.
  1. Pengetahuan, komunikator harus mempersiapkan, memahami, dan menguasai materi pembicaraan secara mendalam, karena mungkin saja diantara para komunikan ada yang lebih menguasai materi yang akan disampaikan. Penguasaan materi akan membuat rasa percaya diri komunikator.
  2. Sistematika Penyajian, sistematika atau urutan penyajian harus diperhatikan agar penyampaian materi tidak menyimpan dari pokok pembicaraan atau sesuai dengan urutan.
  3. Alat Bantu, untuk menyampaikan materi, hendaknya komunikator mempersiapkan dan berlatih menggunakan alat bantu (alat peraga). Alat-alat bantu yang digunakan antara lain OHP, bagan, skema, gambar, model, alat tiruan dan sebagainya.
  4. Tempat, komunikator harus mempersiapkan tempat, terutama bagi komunikan pemula, agar lebih menguasai diri ketika tampil di depan komunikan.
  5. Waktu, komunikator harus mempersiapkan waktu berbicara secermat mungkin, agar pembicaraan tidak bertele-tele yang akan membuat pembicaraan menjadi tidak fokus. Waktu yang digunakan harus disesuaikan dengan ruang lingkup topik pembicaraan.

2)      Penyajian

Dalam menyajikan materi kepada komunikan, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
  1. Pendahuluan, hal-hal yang harus disampaikan pada pendahuluan adalah Motivasi, yang disampaikan untuk menarik perhatian pendengar, Tujuan, untuk memperjelas tujuan disampaikan materi. Ruang lingkup pembicaraan, untuk membatasi pembahasan materi pembicaraan.
  2. Isi, isi pembicaraan harus jelas, menarik dan terfokus.

3)      Penutup

Komunikator yang baik harus mampu menutup pembicaraan dengan baik pula, dalam arti menutup tepat pada waktunya dan setelah materi disampaikan secara utuh. Untuk itu penutupan pembicaraan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
  1. Menyampaikan ringkasan materi pembiccaraan dan menekankan kembali pentingnya pembicaraan tersebut.
  2. Memotivasi kembali komunikan
  3. Memberikan saran, ajakan, atau harapan kepada komunikan setelah kembali ke tempat masing-masing.
  4. Memberikan ucapan terima kasih kepada para komunikan disertai permohonan maaf jika ada kesalahan dan kata-kata yang menyinggung perasaan.





BAB III
PENUTUP
3.1.  Simpulan
  • Seseorang yang pandai berbicara adalah seseorang dapat menyampaikan topik secara jelas. Pembicara mengetahui siapa yang diajak berbicara agar dapat berbicara dengan baik dan benar serta berbicara harus urut dari urutan awal, tengah dan akhir. Pembicara harus menggunakan faktor psikis, psikologis dan neurologis dan linguistik dalam menyampaikan gagasannya.
  • Setiap Pembicaraan yang kita sampaikan harus menggunakan konsep yang baik dari awal acara sampai akhir pembicaraan kita supaya orang lebih memahami apa yang kita sampaikan.
  • Buat orang lain tertarik kepada topik pembicaraan kita, sampaikan pembicaraan dengan menggunakan bahasa dan cara yang tepat dalam setiap acara dengan menyesuaikan situasi di mana kita berbicara.
3.2.  Saran
Dalam makalah ini kami berharap agar para pembaca lebih khususnya kami sendiri selaku pembuat makalah bisa mengenal, mengetahui dan bisa mempraktekan keterampilan berbicara dalam teknik berdiskusi, supaya nantinya dalam berbicara ataupun melakukan diskusi para audiens bisa tertarik atau menerima dan paham dengan apa yang kita sampaikan.






DAFTAR PUSTAKA



Khayyirah, Balqis. 2013. Cara Pintar Berbicara Cerdas di Depan Publik. Yogyakarta: DIVA Press.
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Retorika Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Hendry Guntur. 1979. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

https://lizenhs.wordpress.com/2013/03/08/bagaimana-mempersiapkan-suatu-pembicaraan/
Top of Form
Bottom of Form


.




2 komentar: