Duniaku

Duniaku
Indahnya Duniaku

Views :

Selasa, 13 Desember 2016

MAKALAH : MENUMBUHKAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR DALAM PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya. Bahasa bersifat arbitrer. Oleh karena itu, bahasa sangat terkait dengan budaya dan sosial ekonomi suatu masyarakat penggunanya. Hal ini memungkinkan adanya diferensiasi kosakata antara satu daerah dengan daerah yang lain.Perkembangan bahasa tergantung pada pemakainya. Bahasa terikat secara sosial,dikontruksi, dan direkonstruksi dalam kondisi sosial tertentu daripada tertata menurut hukum yang diatur secara ilmiah dan universal. Oleh karena itu, bahasa dapat dikatakan sebagai keinginan sosial (Kompas.com: 2006).
Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Kita sebagai generasi muda, marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan arti pentingya bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang teguh bahasa Indonesia, demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain.
Bagaimana agar penggunaan bahasa Indonesia sebagai  bahasa persatuan menjadi sangat efektif. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat menjadi batu duga sifat kecendekiawannya. Seseorang yang berbicara dengan baik dan cermat, dengan memperhatikan struktur kalimat yang bagus, akan dipandang sebagai seseorang yang berwawasan luas. Dan bagi seorang mahasiswa atau pengajar yang berbahasa dengan cukup cermat, ternyata dari struktur kalimat yang rapi, pilihan kata yang tepat, serta pilihan ragam bahasa yang tepat, serta pilihan ragam bahasa yang sesuai konteks bicara, akan di pandang sebagai seorang yang cendekiawan. Selain itu dia juga berwawasan yang luas tentang kehidupan. Karena itu, dia dapat menempatkan diri lewat bahasa dan tingkah laku berbahasa (Widjono Hs, 2012: 2).
Mengenai tentang bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, dunia pendidikan di sebuah Negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam sehingga kelangsungan pendidikan tidak terganggu. Pemakaian lebih dari satu bahasa dalam dunia pendidikan mengganggu keefektifan pendidikan. Sehingga dengan sebuah keseragaman bahasa itu, dapat menjadikan lebih hemat biaya pendidikan. Selain itu juga, peserta didik dari tempat yang berbeda  dapat saling berhubungan. Pendidikan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting di dalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Terutama  bagi calon pendidik, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia memang sangat penting. Karena ketika seorang pendidik memberikan pengajaran kepada anak-anak didiknya, ia harus bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apabila seorang pendidik menggunakan bahasa yang kurang baik, maka akan dicontoh anak-anak didiknya.

1.2. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia pada pendidikan dan pengajaran
2.      Apa sajakah hambatan-hambatan yang dapat ditemui dalam penerapan bahasa Indonesia pada kegiatan belajar mengajar
3.      Apa sajakah upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan penggunaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.3. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui cara dalam menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia pada proses pendidikan dan pengajaran
2.      Untuk mengetahui hambatan-hanbatan dalam penerapan bahasa Indonesia pada kegiatan belajar mengajar




BAB II
KAJIAN TEORITIS


2.1. Pengertian Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa).
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
1.         Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2.         Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3.         Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4.         Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5.         Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.


2.2. Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia.
1.      Tata bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
1.      Fonetik :Pengertian Fonetik adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat ucap manusia
2.      Fonemik :Adapun Fonemik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda arti.Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.
2.      Tata bahasa (kalimat)
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
3.      Kosa kata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai.
Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
4.      Ejaan
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata.
Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.

5.      Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.

2.3. Peran dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya bahasa gaul. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul.
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan.


Baca :  


Bahasa Indonesia telah ditetapkan oleh UUD 1945 menjadi bahasa negara. Di beberapa negara, bahasa Indonesia telah dipelajari. Namun, tidak berarti bahwa keberadaan bahasa Indonesia bukan tanpa masalah. Munculnya bahasa gaul terjadi karena dinamika kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi komunikasi yang pesat turut mendorong perkembangan bahasa. Ditambah lagi dengan kemunculan situs jejaring sosial di dunia maya. Awal tahun 2000 menjadi titik penting,dikenalnya istilah bahasa gaul, terutama di kalangan anak muda.
Bahasa yang baik dan benar memiliki empat fungsi :
·         Fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas kedaerahan
·         Fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain
·         Fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar
·         Fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
1.      Secara umum, fungsi Bahasa Indonesia antara lain :
Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Mampu mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
·         Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.
·         Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
2.      Sebagai alat komunikasi.
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
3.      Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial.
Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa yang tidak formal pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan bahasa yang lebih formal pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.
4.      Sebagai alat kontrol Sosial.
Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku- buku pelajaran, ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan masyarakat. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita.

2.4. Peranan Bahasa Indonesia dalam setiap Kegiatan Pembelajaran
Bahasa pengantar wajib sekolah-sekolah di Indonesia yaitu bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia akan selamanya berperan dalam setiap kegiatan pembelajaran, apapun materi yang dipelajarinya baik tentang ilmu alam ataupun ilmu sosial. Buku-bukunya pun dominan ditulis dalam bahasa Indonesia dan sangat jarang ditemukan buku sekolah yang ditulis dalam bahasa asing kecuali buku-buku yang diajarkan dalam kegiatan perkuliahan. Mayoritas buku-buku pelajaran yang beredar di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sehingga wajar jika dikatakan bahwa bahasa Indonsialah yang berperan utama.
Dalam kegiatan pembelajaran di Indonesia bahasa Indonesia merupakan pedang yang sangat diperlukan. Bahasa Indonesia dalam penerapannya memiliki keutamaan-keutamaan sebagai berikut:
·         Bahasa Nasional, sehingga pelajar yang berasal dari luar daerah pun tetap akan bisa mengikuti kegiatan pembelajaran di daerah lain yang berbeda bahasa, karena bahasa Indonesia yang memadukan semuanya.
·         Bahasa Indonesia lebih relatif mudah dimengerti oleh siapa pun. Beda dengan bahasa daerah biasanya dalam mempelajarainya cukup susah.
·         Bahasa Indonesia telah tersebar diberbagai media baik itu dimedia cetak atupun elektronik sehingga semua masyarakat Indonesia akan dengan mudah memahami bahasa Indonesia.

2.5. Faktor Penghambat Perkembangan Bahasa Indonesia
Salah satu faktor yang mengganggu perkembangan bahasa Indonesia ialah pengaruh ”bahasa gaul”. Kalau itu dilakukan dalam bahasa lisan, SMS, Twitter, atau dalam pertunjukan di panggung dan televisi, masih bisa kita pahami. Namun, ternyata, penggunaan bahasa tidak resmi dalam aktivitas berbahasa seperti menulis dan berbicara menjadi sebuah hal yang kerap ditemui di ruang kelas. Di atas lembar jawaban ulangan, dalam tugas mahasiswa dan dalam presentasi di depan kelas bahasa gaul masih meraja lela.
Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak ditemukan perkembangan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia, seperti munculnya bahasa gaul, bahasa komunikasi kelompok bermain atau bahasa prokem, bahasa SMS dan bahasa yang sedang banyak dibicarakan belakangan ini yaitu Bahasa Alay.
Menurut Adidarmodjo(1992). Dewasa ini, kesadaran untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan remaja mulai menurun, mereka lebih senang menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia. Fenomena seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi, karena hal ini dapat merusak kebakuan dan merancukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia harus tetap berkembang, walaupun diterpa oleh kemunculan bahasa-bahasa asing dan bahasa pergaulan tantang
internal linguistis berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata,
pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal linguistis datang
dari pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggri
s) berupa masuknya kosakata tanpa proses pembentukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa Inggris. Sementara itu, tantangan internal non-linguistis berupa sikap negatif, tak acuh, dan sinis sebagian pemakai bahasa Indonesia. Tantangan ekternal non-linguistis berupa kurangnya penghargaan pemerintah, lembaga negara, dan lembaga profit terhadap kualitas atau kemahiran bahasa Indonesia.
Kita seharusnya malu jika tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, karena kita pemiliknya. Sekarang ini, kita cenderung menyepelekan dan
mencampuradukkannya dengan bahasa daerah, seperti mencampurnya dengan bahasa
Jawa. Fenomena ini sering kali kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari,
contohnya di sekolah, saat jam pelajaran kita menggunakan bahasa Indonesia, tetapi
saat kembali bercengkerama dengan teman-teman, kita lupa akan bahasa Indonesia.
Apalagi dengan kemunculan bahasa gaul dan bahasa prokem yang ternyata sudah
dibukukan oleh salah seorang artis ternama kita,
( Sahertian dalam Sofa,2009).
Jadi, sebaiknya antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia harus berkembang seimbang, agar peran bahasa Indonesia di era global ini diakui dan tetap berdiri tegak di
bumi Indonesia. Bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa Indonesia yang mengalami
penginggrisan harus dapat ditekan dan hanya sebatas untuk komunikasi pergaulan.
Bahasa pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan.
Oleh karena itu, bahasa Indonesia dalam konteks kebudayaan nasional merupakan
komponen yang paling representatif dan dominan, termasuk upaya melanggengkan
kesatuan bangsa
.Orang Indonesia sebaiknya belajar mencintai bahasa nasionalnya dan belajar memakainya dengan kebanggaan dan kesetiaan, sehingga membuat orang Indonesia berdiri tegak di dunia ini walaupun dilanda arus globalisasi dan tetap dapat mengatakan dengan bangga bahwa orang Indonesia menjadi bangsa yang berdulat yang mampu menggunakan bahasa nasionalnya untuk semua keperluan modern.

2.6.      Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Pendidikan dan Pengajaran
Untuk mewujudkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia dapat diterapkan dalam percakapan sehari-hari, maka upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah, dapat dilaksanakan program sebagai berikut :
1. Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa
Redja Mudyahardjo(Ishak Abdulhak:2008) mengelompokkan jenis kemampuan pokok yang ideal dikuasai guru prefesional, diantaranya adalah kemampuan membantu siswa belajar efisien dan efektif agar mencapai tujuan optimal. Siswa sangat membutuhkan suatu model guru yang dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Guru hendaknya memberikan contoh konkret dengan keteladanan dalam berbahasa. Agar siswa dapat menirukan dan melafalkan kata atau kalimat dengan tepat sesuai kaidah yang berlaku.
Dalam melaksanakan upaya di atas, maka dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Mereka berbicara bahasa            Indonesia dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, ruang guru, atau di luar kelas. Para guru pada saat berkomunikasi selama di sekolah selalu berbicara bahasa Indonesia, adanya kebiasaan guru yang demikian cukup membantu siswa dalam belajar keterampilan berbicara bahasa Indonesia sehingga guru oleh siswa dijadikan contoh dalam berbicara.
2. Menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia perlu menerapkan pendekatan Modeling The Way (membuat contoh praktik). Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa lakukan di ruang kelas dan luar kelas dalam berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar, kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara bahasa Indonesia.
Modeling The Way memberi waktu siswa untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara sesuai kelompoknya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback pada setiap demonstrasi yang dilakukan. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia pada siswa tepat karena dapat meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara bahasa Indonesia.


3. Adanya penilaian keterampilan berbicara bahasa Indonesia
Walaupun pelaksanaannya di luar kegiatan belajar mengajar tetapi guru harus mengadakan penilaian keterampilan berbicara pada kesehariannya. Penilaian ini akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berusaha mempraktikkannya baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan demikian siswa termotivasi untuk melakukan perbuatan yang sama bahkan berusaha meningkatkannya.
Penilaian praktik di luar kelas dengan cara siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sesuai pada pendekatan Modeling The Way. Pada kelompok-kelompok tersebut setiap siswa diberi lembar penilaian yang memuat nama siswa yang diamati yaitu siswa yang tidak berbicara bahasa Indonesia baik di dalam kelas maupun di luar kelas, data kalimat yang tidak diucapkan dengan bahasa Indonesia oleh siswa tersebut, dan data rekap kesalahan siswa. Setiap siswa dalam pergaulannya sehari-hari di sekolah saling menilai teman-temannya, sehingga mereka sama-sama saling mengawasi. Dengan kondisi dan situasi yang demikian maka seluruh siswa berusaha semaksimal mungkin berbicara bahasa Indonesia sehari-hari, supaya jumlah kesalahan yang dicatat temannya sedikit mungkin. Hal inlah yang membuat siswa semakin berani dan percaya diri berbicara bahasa Indonesia di sekolah.
4. Sekolah Membuat Program ” Sehari Berbahasa Indonesia ”
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar bahasa adalah kondisi eksternal. Kondisi eksternal yaitu faktor di luar diri siswa, seperti lingkugan sekolah, guru,teman sekolah, dan peraturan sekolah. Kondisi eksternal terdiri atas 3 prinsip belajar yaitu,
(a) memberikan situasi atau materi yang sesuai dengan respon yang diharapkan,
(b) pengulangan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama di ingat,
(c) penguatan respons yang tepat untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu
Program sehari berbahasa di tiap sekolah merupakan kondisi eksternal yang efektif untuk mempraktikkan keterampilan berbahasa. Hal ini sudah sangat lazim dilakukan pada pondok pesantren modern, contohnya Pondok Pesantren Gontor yang menerapkan program kepada santrinya untuk sehari berbahasa Arab dan sehari berbahasa Inggris, sehingga santrinya mahir berbahasa Arab dan Inggris.
Bila program ini dapat diterapkan di sekolah tentunya akan sangat bermanfaat dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Mereka akan terbiasa dan tidak canggung berbicara bahasa Indonesia di lingkungan sekolah. Program ini ternyata cukup ampuh untuk pembiasaan bagi warga sekolah untuk berbicara bahasa Indonesia.

2.7. Upaya Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
1. Peranan Pemerintah dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia
Menyadari peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan. Apabila pola pendidikan terus mengikuti pola-pola lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa juga tidak akan berpengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup.
 Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Selain itu guru hendaknya melakukan penilaian proses penilaian atas kinerja berbahasa siswa selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi pada nilai ujian tertulis. Perlu adanya kolaborasi baik antar guru bahasa Indonesia maupun antara guru bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian, tanggung jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain.
Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apresiasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh.
Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah harus membantu penyediaan buku-buku bahasa Indonesia terbaru ke setiap sekolah-sekolah. Selain penjelasan di atas telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa bahasa pengantar dalam pendidikan di Indonesia adalah ahasa Indonesia, jadi sudah sewajarnya instansi pendidikan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyelenggaran pendidikan.
2. Peranan Guru dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa Indonesia
Masalah berkaitan dengan kemampuan siswa ketika menyampaikan sesuatu di depan umum, dia tidak dapat menyampaikan secara baik. Itu bukan hanya masalah kemampuan berbahasa siswa saja, tetapi menyangkut mental, penguasaan materi, dan kebiasaan siswa berbicara di depan umum.
Selain itu, guru juga harus membuat strategi pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa indonesia yang menarik bagi siswa. Strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran paling tidak guru perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain bagaimana cara: mengaktifkan siswa, mengumpulkan informasi dengan stimulus pertanyaan, menggali informasi dari media      cetak, membandingkan dan mensintesiskan informasi, bagaimana mengamati (mengawasi) kerja siswa secara aktif, serta melakukan kerja praktik. Sehingga suasana di kelas pun akan menyenangkan dan juga kondusif.
Dalam KBM nya pun, pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini agar peserta didik merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, di antaranya : 
a)         Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif, 
b)         Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
c)         Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung, 
d)        Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik, 
e)      Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses
belajar mengajar, 
f)       Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar, 
g)      Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.




BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Penggunaan bahasa Indonesia dalam proses kegiatan belajar dan mengajar masih jauh dari apa yang dicita-citakan yaitu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai ejaan yang disempurnakan. Hal itu disebabkan karena di dalam proses KBM masih banyak kekurangannya, diantaranya : kurangnya kesadaran peserta didik akan pentingnya bahasa Indonesia, Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan dan juga merupakan identitas bangsa yang tidak boleh hilang dan harus kita pelihara, dan dalam prosesnya itu sendiri masih banyak kesalahan dalam pengucapan dan penulisan ejaan, dikarenakan masih dipengaruhi oleh bahasa daerah, bahasa asing, dan bahasa popular.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia dalam proses KBM harus ada dukungan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, pendidik, dan juga peserta didik itu sendiri. Salah satunya melalui dukungan materil dari pemerintah, perubahan metode pembelajaran oleh pendidik, dan juga harus ada kontribusi dari peserta didik itu sendiri akan pentingnya belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga semuanya akan terwujud dengan baik jika semua pihak ikut serta dalam peningkatan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar

3.2. Saran
Karena remaja merupakan agen perubahan sudah seharusnya kita sebagai remaja saat ini menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan situasi dan kondisi dan sesuai dengan kaedah yang elah disempurnakan. Dimana kita sedang berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Karena apa, karena bahasa Indonesia merupakan identitas kebanggaan bangsa Indonesia dan merupaka alat pemersatu.Intensitas penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan lebih mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran lebih banyak diarahkan kepada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan hal-hal yang bersifat teoretis. Siswa lebih banyak dikondisikan pada pemakaian bahasa yang aplikatif tetapi sesuai dengan aturan berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
Selain itu, penerapan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar di sekolah-sekolah terlebih dahulu harus dimulai dari guru-guru sekolah. Lalu setelah itu, para murid akan meneladani cara bertutur kata guru mereka sehingga bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa sehari-hari di sekolah. Walaupun sebenarnya bahasa Indonesia sangat bertolak belakang dari bahasa dari daerah mereka.Sebaiknya para guru menerapkannya tidak hanya dalam KBM di kelas saja. Namun, sebaiknya di luar kelas, penggunaan bahasa Indonesia tetap dilestarikan agar para siswa juga akan terbiasa dan tidak merasa aneh dengan bahas indonesia yang baik dan benar itu.





DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin, Komposisi Bahasa Indonesia.Cetakan ke-8, Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2002.
Keraf, Gorys, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Flores: Nusa Indah, 2004.
Arifin, E. Zaenal dan Tasai S. Amran, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi , Jakarta: Akademika Pressindo, 2009.
Wibowo, Wahyu, Manajemen Bahasa, Jakarta: Gramedia, 2001.




http://wantrypurba.blogspot.co.id/2015/10/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-baik.html






Tidak ada komentar:

Posting Komentar