BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas
dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan
bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.Adapun bahasa dapat
digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan
penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan
tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa
yang dikatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya
komunikasi berjalan lancar.
Pemahaman bahasa sebagai fungsi
sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan interaksi
sosial dengan sesamanya. Bahasa bersifat arbitrer. Oleh karena itu, bahasa
sangat terkait dengan budaya dan sosial ekonomi suatu masyarakat penggunanya.
Hal ini memungkinkan adanya diferensiasi kosakata antara satu daerah dengan
daerah yang lain.Perkembangan bahasa tergantung pada pemakainya. Bahasa terikat
secara sosial,dikontruksi, dan direkonstruksi dalam kondisi sosial tertentu
daripada tertata menurut hukum yang diatur secara ilmiah dan universal. Oleh
karena itu, bahasa dapat dikatakan sebagai keinginan sosial (Kompas.com: 2006).
Maka daripada itu bangsa Indonesia pada tahun 1945
menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang dituangkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945, dan sampai sekarang pemakaian bahasa Indonesia makin
meluas dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Kita sebagai generasi muda,
marilah kita pelihara bahasa Indonesia ini, memgingat akan arti pentingya
bahasa untuk mengarungi kehidupan masa globalisasi, yang menuntuk akan
kecerdasan berbahasa, berbicara, keterampilan menggunakan bahasa dan memegang
teguh bahasa Indonesia, demi memajukan bangsa ini, supaya bangasa kita tidak
dipandang sebelah mata oleh bangsa lain.
Bagaimana
agar penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan menjadi sangat
efektif. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat menjadi batu
duga sifat kecendekiawannya. Seseorang yang berbicara dengan baik dan cermat,
dengan memperhatikan struktur kalimat yang bagus, akan dipandang sebagai
seseorang yang berwawasan luas. Dan bagi seorang mahasiswa atau pengajar yang
berbahasa dengan cukup cermat, ternyata dari struktur kalimat yang rapi,
pilihan kata yang tepat, serta pilihan ragam bahasa yang tepat, serta pilihan
ragam bahasa yang sesuai konteks bicara, akan di pandang sebagai seorang yang
cendekiawan. Selain itu dia juga berwawasan yang luas tentang kehidupan. Karena
itu, dia dapat menempatkan diri lewat bahasa dan tingkah laku
berbahasa (Widjono Hs, 2012: 2).
Mengenai tentang bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, dunia pendidikan di
sebuah Negara memerlukan sebuah bahasa yang seragam sehingga kelangsungan
pendidikan tidak terganggu. Pemakaian lebih dari satu bahasa dalam dunia
pendidikan mengganggu keefektifan pendidikan. Sehingga dengan sebuah
keseragaman bahasa itu, dapat menjadikan lebih hemat biaya pendidikan. Selain
itu juga, peserta didik dari tempat yang berbeda dapat saling
berhubungan. Pendidikan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting di
dalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa sehari-hari kita
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Terutama bagi calon
pendidik, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia memang sangat penting. Karena
ketika seorang pendidik memberikan pengajaran kepada anak-anak didiknya, ia
harus bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apabila seorang
pendidik menggunakan bahasa yang kurang baik, maka akan dicontoh anak-anak
didiknya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menerapkan keterampilan
berbahasa Indonesia pada pendidikan dan pengajaran
2. Apa sajakah hambatan-hambatan yang
dapat ditemui dalam penerapan bahasa Indonesia pada kegiatan belajar mengajar
3. Apa sajakah upaya yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan penggunaan berbahasa Indonesia yang baik dan
benar.
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara dalam
menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia pada proses pendidikan dan
pengajaran
2. Untuk mengetahui hambatan-hanbatan
dalam penerapan bahasa Indonesia pada kegiatan belajar mengajar
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Pengertian Bahasa
Indonesia Yang Baik dan Benar
Bahasa Indonesia yang
baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan situasi
pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam
pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia (seperti:
sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan tata bahasa).
Ada lima laras bahasa
yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut sesuai derajat
keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.
1.
Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi
hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci,
putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2.
Ragam resmi (formal); digunakan dalam
komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3.
Ragam konsultatif (consultative);
digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran
informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4.
Ragam santai (casual); digunakan dalam
suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling
kenal dengan akrab.
5.
Ragam akrab (intimate). digunakan di
antara orang yang memiliki hubungan yang sangat akrab dan intim.
2.2. Hal –hal yang perlu
diperhatikan dalam berbahasa Indonesia.
1.
Tata
bunyi (fonologi)
Fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
1. Fonetik :Pengertian Fonetik adalah
ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam
tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan
alat ucap manusia
2. Fonemik :Adapun Fonemik itu sendiri
adalah ilmu yang mempelajari bunyi-ujaran dalam fungsinya sebagai pembeda
arti.Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat
dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan,
maka dalam fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan,
bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.
2.
Tata
bahasa (kalimat)
Masalah
definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu
banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih
penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan
dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu,
apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang
lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia
dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam
komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat
yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak.
Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan
subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah
pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun
makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure
lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari
terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek
saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
3.
Kosa
kata
Dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih
dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara
ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan.Ragam
bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau
sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi,
akrab, dingin, dan santai.
Perbedaan-perbedaan
itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula
raga mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan
memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam
ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses
belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan
ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya.
Jika
terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis
dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang
dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin
resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan.
4.
Ejaan
Dalam
bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan untuk
membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam
tanda tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir,
tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda
baca.Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca
dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong
suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan
maupun antara kata dengan kata.
Pemotongan
itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada
akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh
kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur
penting yang harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat.Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara
lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut
ejaan.
5.
Makna
Pemakaian
bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai
dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan
kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam
ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa
yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria
pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai
dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau
orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu,
bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis
dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.
2.3. Peran dan Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi
sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran
berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Pada
kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa
Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kendala yang harus dihindari
dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya bahasa gaul. Hal
ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Dewasa ini
pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film
mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal
dengan bahasa gaul.
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial
sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia
memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai
pemersatu keseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan
sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial
apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata
krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan
baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti, alat
tersebut disebut bahasa. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa
Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku
sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan.
Baca :
Daftar lagu anak yang akan segera punah, jika tidak dilestarikan
Lirik Lagu wajib Nasional yang menggugah perasaan
Serba-Serbi Negara Denmark
Samakah Republik Dominica dan Commonwealth Dominica?
Bahasa Indonesia telah ditetapkan oleh UUD 1945 menjadi
bahasa negara. Di beberapa negara, bahasa Indonesia telah dipelajari. Namun,
tidak berarti bahwa keberadaan bahasa Indonesia bukan tanpa masalah. Munculnya
bahasa gaul terjadi karena dinamika kehidupan masyarakat. Kemajuan teknologi
komunikasi yang pesat turut mendorong perkembangan bahasa. Ditambah lagi dengan
kemunculan situs jejaring sosial di dunia maya. Awal tahun 2000 menjadi titik
penting,dikenalnya istilah bahasa gaul, terutama di kalangan anak muda.
Bahasa
yang baik dan benar memiliki empat fungsi :
·
Fungsi
pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas
kedaerahan
·
Fungsi
penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan
bangsa lain
·
Fungsi
pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar
·
Fungsi
sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian
bahasa.
1.
Secara umum, fungsi Bahasa Indonesia
antara lain :
Sebagai
alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.
Mampu mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
Mampu mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk mengekspresikan diri, yaitu:
·
Agar menarik perhatian orang lain
terhadap diri kita.
·
Keinginan untuk membebaskan diri kita
dari semua tekanan emosi.
2.
Sebagai alat komunikasi.
Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan
bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau
pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan
komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang
lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu
verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan
alat/media bahsa (lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal
dilakukan menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi
seperti tanda lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa
manusia.
3.
Sebagai alat berintegrasi dan
beradaptasi sosial.
Pada
saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan
menggunakan bahasa yang tidak formal pada saat berbicara dengan teman- teman
dan menggunakan bahasa yang lebih formal pada saat berbicara dengan orang tua
atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa memudahkan seseorang
untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa.
4.
Sebagai alat kontrol Sosial.
Yang
mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol sosial
dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku- buku
pelajaran, ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan layanan
masyarakat. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa sebagai alat kontrol
sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah.
Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa
marah kita.
2.4. Peranan Bahasa Indonesia dalam
setiap Kegiatan Pembelajaran
Bahasa pengantar wajib sekolah-sekolah di Indonesia yaitu
bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia akan selamanya berperan dalam
setiap kegiatan pembelajaran, apapun materi yang dipelajarinya baik tentang
ilmu alam ataupun ilmu sosial. Buku-bukunya pun dominan ditulis dalam bahasa
Indonesia dan sangat jarang ditemukan buku sekolah yang ditulis dalam bahasa
asing kecuali buku-buku yang diajarkan dalam kegiatan perkuliahan. Mayoritas
buku-buku pelajaran yang beredar di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia
sehingga wajar jika dikatakan bahwa bahasa Indonsialah yang berperan utama.
Dalam kegiatan pembelajaran di Indonesia bahasa Indonesia
merupakan pedang yang sangat diperlukan. Bahasa Indonesia dalam penerapannya
memiliki keutamaan-keutamaan sebagai berikut:
·
Bahasa
Nasional, sehingga pelajar yang berasal dari luar daerah pun tetap akan bisa
mengikuti kegiatan pembelajaran di daerah lain yang berbeda bahasa, karena
bahasa Indonesia yang memadukan semuanya.
·
Bahasa
Indonesia lebih relatif mudah dimengerti oleh siapa pun. Beda dengan bahasa
daerah biasanya dalam mempelajarainya cukup susah.
·
Bahasa
Indonesia telah tersebar diberbagai media baik itu dimedia cetak atupun
elektronik sehingga semua masyarakat Indonesia akan dengan mudah memahami
bahasa Indonesia.
2.5. Faktor Penghambat Perkembangan
Bahasa Indonesia
Salah satu faktor yang mengganggu perkembangan bahasa
Indonesia ialah pengaruh ”bahasa gaul”. Kalau itu dilakukan dalam bahasa lisan,
SMS, Twitter, atau dalam pertunjukan di panggung dan televisi, masih bisa kita
pahami. Namun, ternyata, penggunaan bahasa tidak resmi dalam aktivitas
berbahasa seperti menulis dan berbicara menjadi sebuah hal yang kerap ditemui
di ruang kelas. Di atas lembar jawaban ulangan, dalam tugas mahasiswa dan dalam
presentasi di depan kelas bahasa gaul masih meraja lela.
Seiring dengan
berkembangnya zaman, banyak ditemukan perkembangan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia, seperti munculnya bahasa gaul,
bahasa komunikasi kelompok bermain atau bahasa prokem,
bahasa SMS dan bahasa yang sedang banyak dibicarakan belakangan ini yaitu Bahasa Alay.
Menurut Adidarmodjo(1992). Dewasa ini, kesadaran untuk berbahasa Indonesia
yang baik dan benar di kalangan remaja
mulai menurun, mereka lebih senang menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia. Fenomena seperti ini seharusnya tidak boleh
terjadi, karena hal ini
dapat merusak kebakuan dan merancukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia harus tetap berkembang, walaupun diterpa oleh kemunculan bahasa-bahasa asing dan bahasa pergaulan tantang
internal linguistis berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata,
pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal linguistis datang
dari pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggris) berupa masuknya kosakata tanpa proses pembentukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa Inggris. Sementara itu, tantangan internal non-linguistis berupa sikap negatif, tak acuh, dan sinis sebagian pemakai bahasa Indonesia. Tantangan ekternal non-linguistis berupa kurangnya penghargaan pemerintah, lembaga negara, dan lembaga profit terhadap kualitas atau kemahiran bahasa Indonesia.
internal linguistis berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata,
pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal linguistis datang
dari pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggris) berupa masuknya kosakata tanpa proses pembentukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa Inggris. Sementara itu, tantangan internal non-linguistis berupa sikap negatif, tak acuh, dan sinis sebagian pemakai bahasa Indonesia. Tantangan ekternal non-linguistis berupa kurangnya penghargaan pemerintah, lembaga negara, dan lembaga profit terhadap kualitas atau kemahiran bahasa Indonesia.
Kita seharusnya malu
jika tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, karena kita pemiliknya. Sekarang ini, kita cenderung menyepelekan dan
mencampuradukkannya dengan bahasa daerah, seperti mencampurnya dengan bahasa
Jawa. Fenomena ini sering kali kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari,
contohnya di sekolah, saat jam pelajaran kita menggunakan bahasa Indonesia, tetapi
saat kembali bercengkerama dengan teman-teman, kita lupa akan bahasa Indonesia.
Apalagi dengan kemunculan bahasa gaul dan bahasa prokem yang ternyata sudah
dibukukan oleh salah seorang artis ternama kita,( Sahertian dalam Sofa,2009).
mencampuradukkannya dengan bahasa daerah, seperti mencampurnya dengan bahasa
Jawa. Fenomena ini sering kali kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari,
contohnya di sekolah, saat jam pelajaran kita menggunakan bahasa Indonesia, tetapi
saat kembali bercengkerama dengan teman-teman, kita lupa akan bahasa Indonesia.
Apalagi dengan kemunculan bahasa gaul dan bahasa prokem yang ternyata sudah
dibukukan oleh salah seorang artis ternama kita,( Sahertian dalam Sofa,2009).
Jadi, sebaiknya
antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia harus berkembang seimbang, agar peran bahasa Indonesia di era global ini diakui dan tetap berdiri tegak
di
bumi Indonesia. Bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa Indonesia yang mengalami
penginggrisan harus dapat ditekan dan hanya sebatas untuk komunikasi pergaulan.
Bahasa pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan.
Oleh karena itu, bahasa Indonesia dalam konteks kebudayaan nasional merupakan
komponen yang paling representatif dan dominan, termasuk upaya melanggengkan
kesatuan bangsa .Orang Indonesia sebaiknya belajar mencintai bahasa nasionalnya dan belajar memakainya dengan kebanggaan dan kesetiaan, sehingga membuat orang Indonesia berdiri tegak di dunia ini walaupun dilanda arus globalisasi dan tetap dapat mengatakan dengan bangga bahwa orang Indonesia menjadi bangsa yang berdulat yang mampu menggunakan bahasa nasionalnya untuk semua keperluan modern.
bumi Indonesia. Bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa Indonesia yang mengalami
penginggrisan harus dapat ditekan dan hanya sebatas untuk komunikasi pergaulan.
Bahasa pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan.
Oleh karena itu, bahasa Indonesia dalam konteks kebudayaan nasional merupakan
komponen yang paling representatif dan dominan, termasuk upaya melanggengkan
kesatuan bangsa .Orang Indonesia sebaiknya belajar mencintai bahasa nasionalnya dan belajar memakainya dengan kebanggaan dan kesetiaan, sehingga membuat orang Indonesia berdiri tegak di dunia ini walaupun dilanda arus globalisasi dan tetap dapat mengatakan dengan bangga bahwa orang Indonesia menjadi bangsa yang berdulat yang mampu menggunakan bahasa nasionalnya untuk semua keperluan modern.
2.6. Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dalam Pendidikan dan
Pengajaran
Untuk mewujudkan keterampilan
berbicara bahasa Indonesia dapat diterapkan dalam percakapan sehari-hari, maka
upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di sekolah,
dapat dilaksanakan program sebagai berikut :
1. Guru menjadi model yang baik
untuk dicontoh oleh siswa
Redja
Mudyahardjo(Ishak Abdulhak:2008) mengelompokkan jenis kemampuan pokok yang
ideal dikuasai guru prefesional, diantaranya adalah kemampuan membantu siswa
belajar efisien dan efektif agar mencapai tujuan optimal. Siswa sangat
membutuhkan suatu model guru yang dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Guru hendaknya memberikan contoh konkret dengan
keteladanan dalam berbahasa. Agar siswa dapat menirukan dan melafalkan kata
atau kalimat dengan tepat sesuai kaidah yang berlaku.
Dalam
melaksanakan upaya di atas, maka dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dalam
berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Mereka berbicara bahasa Indonesia dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, ruang guru, atau di luar kelas. Para guru pada saat berkomunikasi
selama di sekolah selalu berbicara bahasa Indonesia, adanya kebiasaan guru yang
demikian cukup membantu siswa dalam belajar keterampilan berbicara bahasa
Indonesia sehingga guru oleh siswa dijadikan contoh dalam berbicara.
2. Menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan Modeling The Way
Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia
perlu menerapkan pendekatan Modeling The Way (membuat contoh praktik). Strategi
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan
berbicara bahasa Indonesia melalui demonstrasi, dari hasil demonstrasi ini
kemudian diterapkan dalam keseharian di sekolah, yaitu siswa dibagi dalam
beberapa kelompok kecil, identifikasi beberapa situasi umum yang biasa siswa
lakukan di ruang kelas dan luar kelas dalam berbicara bahasa Indonesia yang
baik dan benar, kemudian siswa mendemonstrasikan satu persatu dalam berbicara
bahasa Indonesia.
Modeling
The Way memberi waktu siswa untuk menciptakan skenario sendiri dan menentukan
bagaimana mengilustrasikan keterampilan berbicara sesuai kelompoknya. Kemudian
siswa diberi kesempatan untuk memberikan feedback pada setiap demonstrasi yang
dilakukan. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekatan Modeling The Way pada
keterampilan berbicara bahasa Indonesia pada siswa tepat karena dapat
meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara bahasa Indonesia.
3. Adanya penilaian keterampilan
berbicara bahasa Indonesia
Walaupun
pelaksanaannya di luar kegiatan belajar mengajar tetapi guru harus mengadakan
penilaian keterampilan berbicara pada kesehariannya. Penilaian ini akan menjadi
motivasi bagi siswa untuk berusaha mempraktikkannya baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Dengan demikian siswa termotivasi untuk melakukan perbuatan yang
sama bahkan berusaha meningkatkannya.
Penilaian
praktik di luar kelas dengan cara siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
sesuai pada pendekatan Modeling The Way. Pada kelompok-kelompok tersebut setiap
siswa diberi lembar penilaian yang memuat nama siswa yang diamati yaitu siswa
yang tidak berbicara bahasa Indonesia baik di dalam kelas maupun di luar kelas,
data kalimat yang tidak diucapkan dengan bahasa Indonesia oleh siswa tersebut,
dan data rekap kesalahan siswa. Setiap siswa dalam pergaulannya sehari-hari di
sekolah saling menilai teman-temannya, sehingga mereka sama-sama saling
mengawasi. Dengan kondisi dan situasi yang demikian maka seluruh siswa berusaha
semaksimal mungkin berbicara bahasa Indonesia sehari-hari, supaya jumlah
kesalahan yang dicatat temannya sedikit mungkin. Hal inlah yang membuat siswa
semakin berani dan percaya diri berbicara bahasa Indonesia di sekolah.
4. Sekolah Membuat Program ” Sehari
Berbahasa Indonesia ”
Salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar bahasa adalah kondisi eksternal.
Kondisi eksternal yaitu faktor di luar diri siswa, seperti lingkugan sekolah,
guru,teman sekolah, dan peraturan sekolah. Kondisi eksternal terdiri atas 3
prinsip belajar yaitu,
(a) memberikan situasi atau materi
yang sesuai dengan respon yang diharapkan,
(b) pengulangan agar belajar lebih
sempurna dan lebih lama di ingat,
(c) penguatan respons yang tepat
untuk mempertahankan dan menguatkan respons itu
Program
sehari berbahasa di tiap sekolah merupakan kondisi eksternal yang efektif untuk
mempraktikkan keterampilan berbahasa. Hal ini sudah sangat lazim dilakukan pada
pondok pesantren modern, contohnya Pondok Pesantren Gontor yang menerapkan
program kepada santrinya untuk sehari berbahasa Arab dan sehari berbahasa
Inggris, sehingga santrinya mahir berbahasa Arab dan Inggris.
Bila
program ini dapat diterapkan di sekolah tentunya akan sangat bermanfaat dalam
penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Mereka akan terbiasa dan tidak
canggung berbicara bahasa Indonesia di lingkungan sekolah. Program ini ternyata
cukup ampuh untuk pembiasaan bagi warga sekolah untuk berbicara bahasa
Indonesia.
2.7. Upaya Peningkatan Penggunaan
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
1. Peranan Pemerintah dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa
Indonesia
Menyadari
peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha
meningkatkan mutu pendidikan. Apabila pola pendidikan terus mengikuti pola-pola
lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa
juga tidak akan berpengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran
bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah
pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di
sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan
dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup.
Dengan lebih variatifnya metode dan teknik
yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran bahasa
Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Selain itu guru
hendaknya melakukan penilaian proses penilaian atas kinerja berbahasa siswa
selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi pada nilai ujian tertulis.
Perlu adanya kolaborasi baik antar guru bahasa Indonesia maupun antara guru
bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian, tanggung
jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab
guru bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain.
Selain
itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat
baca, menulis dan apresiasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan
majalah sastra yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran bahasa
Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra
mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri
bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan
salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas
mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh.
Oleh
karena itu, sebaiknya pemerintah harus membantu penyediaan buku-buku bahasa
Indonesia terbaru ke setiap sekolah-sekolah. Selain penjelasan di atas telah
ditetapkan oleh pemerintah bahwa bahasa pengantar dalam pendidikan di Indonesia
adalah ahasa Indonesia, jadi sudah sewajarnya instansi pendidikan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyelenggaran pendidikan.
2. Peranan Guru dalam Peningkatan Penggunaan Bahasa
Indonesia
Masalah
berkaitan dengan kemampuan siswa ketika menyampaikan sesuatu di depan umum, dia
tidak dapat menyampaikan secara baik. Itu bukan hanya masalah kemampuan
berbahasa siswa saja, tetapi menyangkut mental, penguasaan materi, dan
kebiasaan siswa berbicara di depan umum.
Selain
itu, guru juga harus membuat strategi pembelajaran khususnya pembelajaran
bahasa indonesia yang menarik bagi siswa. Strategi pembelajaran meliputi aspek
yang lebih luas daripada metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan
cara pandang dan pola pikir guru dalam mengajar. Dalam mengembangkan strategi
pembelajaran paling tidak guru perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain
bagaimana cara: mengaktifkan siswa, mengumpulkan informasi dengan stimulus
pertanyaan, menggali informasi dari media cetak,
membandingkan dan mensintesiskan informasi, bagaimana mengamati (mengawasi)
kerja siswa secara aktif, serta melakukan kerja praktik. Sehingga suasana di
kelas pun akan menyenangkan dan juga kondusif.
Dalam KBM
nya pun, pendidik harus memperhatikan hal-hal di bawah ini agar peserta didik
merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, di antaranya :
a) Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif,
b) Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
c) Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung,
d) Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik,
e) Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses
belajar mengajar,
f) Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar,
g) Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.
a) Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif,
b) Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
c) Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung,
d) Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik,
e) Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses
belajar mengajar,
f) Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar,
g) Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penggunaan bahasa Indonesia dalam proses kegiatan belajar
dan mengajar masih jauh dari apa yang dicita-citakan yaitu menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai ejaan yang disempurnakan. Hal itu
disebabkan karena di dalam proses KBM masih banyak kekurangannya, diantaranya :
kurangnya kesadaran peserta didik akan pentingnya bahasa Indonesia, Karena
bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan dan juga
merupakan identitas bangsa yang tidak boleh hilang dan harus kita pelihara, dan
dalam prosesnya itu sendiri masih banyak kesalahan dalam pengucapan dan
penulisan ejaan, dikarenakan masih dipengaruhi oleh bahasa daerah, bahasa
asing, dan bahasa popular.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan penggunaan bahasa
Indonesia dalam proses KBM harus ada dukungan dari berbagai pihak, baik dari
pemerintah, pendidik, dan juga peserta didik itu sendiri. Salah satunya melalui
dukungan materil dari pemerintah, perubahan metode pembelajaran oleh pendidik,
dan juga harus ada kontribusi dari peserta didik itu sendiri akan pentingnya
belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga semuanya akan terwujud
dengan baik jika semua pihak ikut serta dalam peningkatan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar
3.2. Saran
Karena remaja merupakan agen perubahan sudah seharusnya kita
sebagai remaja saat ini menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai dengan
situasi dan kondisi dan sesuai dengan kaedah yang elah disempurnakan. Dimana
kita sedang berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Karena apa, karena
bahasa Indonesia merupakan identitas kebanggaan bangsa Indonesia dan merupaka
alat pemersatu.Intensitas penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
dalam proses belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati dengan
lebih mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Pembelajaran lebih banyak diarahkan kepada hal-hal yang bersifat
terapan praktis bukan hal-hal yang bersifat teoretis. Siswa lebih banyak
dikondisikan pada pemakaian bahasa yang aplikatif tetapi sesuai dengan aturan
berbahasa Indonesia secara baik dan benar.
Selain itu, penerapan berbicara bahasa Indonesia yang baik
dan benar di sekolah-sekolah terlebih dahulu harus dimulai dari guru-guru
sekolah. Lalu setelah itu, para murid akan meneladani cara bertutur kata guru
mereka sehingga bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa sehari-hari di sekolah.
Walaupun sebenarnya bahasa Indonesia sangat bertolak belakang dari bahasa dari
daerah mereka.Sebaiknya para guru menerapkannya tidak hanya dalam KBM di kelas
saja. Namun, sebaiknya di luar kelas, penggunaan bahasa Indonesia tetap
dilestarikan agar para siswa juga akan terbiasa dan tidak merasa aneh dengan
bahas indonesia yang baik dan benar itu.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin, Komposisi
Bahasa Indonesia.Cetakan ke-8, Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2002.
Keraf, Gorys, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Flores: Nusa Indah,
2004.
Arifin, E. Zaenal dan Tasai S.
Amran, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi , Jakarta: Akademika
Pressindo, 2009.
Wibowo, Wahyu, Manajemen
Bahasa, Jakarta: Gramedia, 2001.
http://anugrahsetyourgoals.com/2013/10/solusi-agar-bahasa-indonesia-yang-baik.html,
diakses pada tanggal 10 September
2015
http://bahasakita.com/2009/11/06/maaf-saya-agak-sulit-bicara-bahasa-indonesia/
diakses pada tanggal 08 September
2015
http://wantrypurba.blogspot.co.id/2015/10/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-baik.html