BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan ini banyak manusia yang menggunakan telinganya
hanya sampai tingkat mendengar saja, tetapi belum pada sampai taraf menyimak.
Dalam proses interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa aktif,
kreatif, produktif dan resetif apresiatif yang mana salah satu unsurnya adalah
keterampilan menyimak. Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui
ujaran atau bahasa lisan.
Jika diperinci, minimal ada empat peran
menyimak dalam kehidupan, yaitu sebagai landasan belajar bahasa, penunjang
keterampilan berbicara, membaca dan menulis, pelancar komunikasi, dan penambah
informasi. Apabila dibandingkan dengan aktivitas berbahasa yang lain,
aktivitas menyimak selalu melebihi kegiatan berbicara, membaca, dan menulis
(hasil penelitian Paul T. Rankin: menyimak: 42%; berbicara: 25%; membaca: 15%;
menulis: 11% ). Hal itu menunjukkan bahwa menyimak mempunyai peran yang
penting. Untuk itu peranan keterampilan menyimak siapa saja sebagai suatu hal
mendesak yang harus dilaksanakan namun pada kenyataannya masih banyak orang
yang melakukan kegiatan menyimak namun tujuan yang di inginkan belum dapat
tercapai.
Selain
menjadi penyimak yang baik, seorang penyimak hendaknya juga menjadi penyimak
yang tepat guna. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar dapat menjadi
penyimak yang tepat guna. Upaya yang pertama adalah kembangkanlah suatu kemauan
atau kesudian menyimak. Tanpa adanya kemauan, suatu pekerjaan tidak akan
berhasil dengan hasil yang memuaskan. Begitu juga halnya dengan kegiatan
menyimak, tanpa adanya kemauan tidak akan bisa memetik manfaat pembicaraan atau
ujaran seseorang. Untuk menjadi penyimak yang baik dan tepat guna, perlu
mengembangkan kemauan dan kesudian menyimak, bukan menganggapnya sebagai suatu
paksaan. Upaya yang kedua adalah menyimaklah lebih lama. Apabila kita akan
melakukan kegiatan menyimak, hendaknya kita menyimak dari awal sampai akhir
dengan suatu keikhlasan, sebab dari dalamnya dapat kita temukan beberapa ide
yang berharga. Semakin lama kita menyimak maka semakin meningkat pula
perkembangan kita menjadi penyimak yang baik dan tepat guna.
B. Identifikasi Masalah
Suasana dalam menyimak diartikan segala
sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan
menyimak. Suasana tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan
menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi
dalam proses menyimak, antara lain:
(1) Ruangan:
Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan
yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi,
penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan,
luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu:
waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan
sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih
segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang:
Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang
tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat
menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan:
Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah
dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan
menyimak.
Peristiwa menyimak yang berlangsung
dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan
menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan
hasilnya yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Menyimak
Dalam
kehidupan sehari-hari, kata menyimak sering dipergunakan bukan untuk
pancaindera telinga saja bahkan dipakai pula indera mata dan hati. Dalam bab
ini secara terperinci akan dijelaskan bahasan dan pengertian menyimak, berikut
ini akan diuraikan beberapa pendapat dari beberapa pakar mengenai batasan
pembahasan pengertian menyimak adapun diantaranya adalah sebagai berikut:
Russel & Russel, 1959; Anderson,
1972
“Menyatakan bahwa menyimak bermakna
mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.”
Harimurti K. 1981
“Menyimak adalah mendengarkan,
memperhatikan, mengikuti, menurut, mengindahkan, dan memperdulikan.”
Baca :
Daftar lagu anak yang akan segera punah, jika tidak dilestarikan
Lirik Lagu wajib Nasional yang menggugah perasaan
Serba-Serbi Negara Denmark
Samakah Republik Dominica dan Commonwealth Dominica?
W.J.S. Poerwadorminto
“Menyimak adalah mendengarkan (
memperhatikan apa yang diucapkan atau dibaca orang, meninjau ataupun
memeriksa).”
Djago Tarigan
“Menyimak mencakup mendengarkan dan
disertai usaha pemahaman, dan adanya unsur kesengajaan dan penuh perhatian dan
minat.”
Guntur Tarigan
“Menyimak adalah suatu proses kegiatan
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi,
serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh melalui ujaran atau
bahasa lisan.”
B.
Suasana-suasana dalam Menyimak
Banyak
sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut untuk bertahan kalau kita
tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, dan kehancuran. Suasana-suasana dalam
menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensif dan menyimak sportif. Berikut
penulis akan menguraikannya :
a. Menyimak Defensif
Menyimak
defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan lisan yang
mengandung maksud yang bersungguh-sungguh dan tersirat, antara lain pesan-pesan
bersifat :
1. Evaluatif.
Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak saksama yang telah mendengar
dengan jelas dari ujaran seorang pembicara, yang secara sadar memancing
penilaian khusus.
2.
Mengawasi. Pesan-pesan disampaikan oleh
sang pembicara adakalanya membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol
benar-tidaknya ujaran itu.
3. Strategis.
Para penyimak akan siap memasang siasat atau pertahanan yang strategis.
4. Netral.
Pesan yang disampaikan pembicara, merangsang penyimak untuk berpikir secara
netral.
5. Superior.
Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain.
6. Pasti
dan Tentu. Pembicara mengemukakan sesuatu yang pasti, yang sudah tertentu.
b. Suasana
Suportif
Kalau suasana
komunikasi defensif kerap kali ditimbulkan oleh pesan-pesan manipulatif dari
pihak pembicara, maka suasana komunikasi suportif atau suasana komunikasi yang
bersifat mendukung atau menunjang justru timbul dari Keenam butir perangsang
atau pemancing komunikasi suportif adalah sebagai berikut.
(i)
Deskripsi. Apabila sang pembicara dalam
ujarannya mengimplikasikan pemerian atau deskripsi yang lebih banyak.
(ii)
Orientasi permasalahan. Ujaran atau
pembicaraan yang berorientasi pada berbagai permasalahan dapat menjadi suasana
menyimak suportif.
(iii)
Spontanitas. Pembicara dapat memanfaatka
‘spontanitas’ dalam ujaran atau ucapannya jelas akan membuat para menyimak lebih
mudah mencerna isi pesan.
(iv)
Empati. Ketegasan merupakan unsure
pentingyang harus dimanfaatkan pembicara dalam menyampaikan pesan.
(v)
Ekualitas. Unsur lain dalam ujaran yang
dapat menjelmakan suasana suportif adalah ekualitas atau persamaan (hak).
(vi)
Provisionalisme. Ketepatan, ketentuan,
walaupun bersifat sementara merupakan salah satu unsure pembentuk suasan
suportif.
C. Upaya Menyimak Tepat Guna
Ciri-ciri
penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang
menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa
karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak
yang sudah dibicarakan. Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui,
dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin
dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi
melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga
daya simak diri.
Penyimak yang tepat guna memang keinginan yang terpuji. Agar
keinginan ini bisa tercapai, tentu banyak cara yang harus dilakukan. Berikut
ini kita ketengahkan upaya-upaya agar dapat meningkatkan diri kita menjadi
penyimak yang lebih tepat guna.
1. Kembangkanlah
suatu kemauan atau kesudian penyimak.
2. Menyimaklah lebih
lama.
3. Menyimaklah lebih
sering.
4. Menyimaklah dengan
penuh respek.
5. Menyimaklah dengan
umpan balik.
6. Menyimaklah tanpa
penilaian atau keputusan yang prematur.
7. Menyimaklah dengan
tenang dan tenggang hati.
8. Menyimaklah secara
analisis.
9. Menyimaklah tanpa
keadaan membela diri.
10. Menyimaklah dengan
prasangka atau stereotip yang minim.
11. Simaklah tanda-tanda nonverbal dan carilah hal-hal yang
tidak konsekuen.
Untuk
menjadi penyimak yang baik dan tepat guna tentu tidaklah mudah. Materi yang
akan disampaikan oleh pembicara juga berpengaruh terhadap kemauan seseorang
untuk melakukan kegiatan menyimak. Tanpa adanya kemauan, kegiatan menyimak
tidak dapat dilakukan. Untuk itu dalam memilih bahan simakan perlu
memperhatikan beberapa hal. Bahan simakan tersebut haruslah dapat menarik
perhatian penyimak. Contohnya adalah bahan simakan dengan tema yang up-to date,
seperti topik permasalahan yang masih menjadi buah pembicaraan dalam
masyarakat. Tentu pembicaraan tersebut akan menarik perhatian karena banyak
orang yang ingin tahu tentang masalah tersebut serta cara pemecahan atau
penyelesaiannya. Selain itu bahan simakan dengan tema yang terarah dan
sederhana juga dapat menarik perhatian penyimak, karena tema yang terlalu luas
tidak akan terjangkau oleh penyimak. Sedangkan bahan simakan yang rumit dan
sukar biasanya akan membuat penyimak bosan dan binggung. Bahan simakan yang
sederhana bukan berarti jelek dan tidak berguna, tetapi merupakan bahan simakan
yang mudah dipahami dan terjangkau oleh seluruh kalangan masyarakat. Banyak
tema bahan simakan yang menarik, diantaranya tema yang dapat menambah
pengalaman dan pemahaman, tema yang bersifat sugestif dan evaluative, serta
tema yang dapat memotivasi. Dengan rasa ketertarikan penyimak terhadap bahan
simakan, akan membuat penyimak menjadi lebih semangat dalam menyimak dan
berkonsentrasi untuk dapat mengambil manfaat dari apa yang ia simak.
(Tarigan,1987:190)
D. Perilaku Menyimak
Setiap manusia dialhirkan dengan
sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu adalah potensi
mampu menyimak. Potensi harus dibina dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak
yang terarah dan berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi
kemampuan menyimak yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi
tersebut tetap berupa potensi tertutup. Tidak timbul, atau mati.
Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu disebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup mendapat latihan menyimak, dalam kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya dapat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.
Berikut ini dua tipe perilaku dalam kegiatan menyimak.
a. Menyimak Faktual
Penguasaan yang mantap terhadap tekhnik-tekhnik menyimak factual ini justru memudahkan sang penyimak untuk menangkap serta memahami fakta-fakta, konsep-konsep, serta informasi yang disampaikan sang pembicara.
b. Menyimak Empatik
Menyimak empatik menolong kita untuk memahami sikap psokologis dan emosional sang pembicara dan bagaimana sikap tersebut mempengaruhi ujarannya. Menyimak empatik ini dapat disebut menyimak aktif atau menyimak pemahaman. Setiap pesan berisi dua bagian, yaitu isi, dan perasaan atau sikap pembicara terhadap isi tersebut.
E. Meningkatkan Perilaku Menyimak
Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.
Dibawah ini kita kemukakan beberapa langkah khusus untuk meningkatkan keterampilan menyimak.
(i) Menerima keanehan sang pembicara. Setiap orang mempunyai cirri khas, keanehan sendiri.
(ii) Memperbaiki sikap. Suatu peringatan pada diri kita sendiri, peringatan yang bersifat internal.
(iii) Memperbaiki lingkungan. Pilihlah tempat yang memungkinkan anda dapat menyimak lebih baik.
(iv) Jangan dulu memberikan pertimbangan. Ada baiknya kita melatih diri untuk menahan jangn dulu memperlihatkan tindakan-tindakan yang mengganggu kegiatan menyimak.
(v) Meningkatkan pembuatan catatan. Mencoba membuat celaan yang terlalu terperincidan bertele-tele dapat menggangggu proses menyimak.
(vi) Menyaring tujuan-tujuan menyimak yang spesifik. Menetukan tujuan khusus dalam menyimak.
(vii) Memanfaatkan waktu secara bijaksana. Perlu merencanakan penggunaan waktu secara diferensial.
(viii) Menyimak secara rasional. Perlu merem atau mengurangi diri sendiri untuk bereaksi secara emosional.
(ix) Berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit. Penyimak yang baik menerima dengan senang hati segala tantangan dari bahan-bahan yang sulit yang diutarakan pembicara.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Menyimak merupakan suatu proses kegiatan
mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan nonbahasa dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, dan interprestasi untuk memperoleh informasi, sekaligus
menangkap isi atau pesan , serta mampu memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh manusia dan atau sumber lainnya.
Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, dan kehancuran. Suasana-suasana dalam menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensif dan menyimak sportif. Upaya menyimak tepat guna terdiri dari kesudian menyimak, menyimak lebih lama, menyimak lebih sering, menyimaklah dengan prasangka dan sterotip yang minim, dan menyimak tanda-tanda nonvercal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen.
Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut untuk bertahan kalau kita tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, dan kehancuran. Suasana-suasana dalam menyimak terdiri dua, yaitu menyimak defensif dan menyimak sportif. Upaya menyimak tepat guna terdiri dari kesudian menyimak, menyimak lebih lama, menyimak lebih sering, menyimaklah dengan prasangka dan sterotip yang minim, dan menyimak tanda-tanda nonvercal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen.
Perilaku menyimak terdiri dari menyimak
faktual dan menyimak empatik. Adapun upaya untuk meningkatkan perilaku menyimak
adalah menerima keanehan sang pembicara, memperbaiki sikap, jangan dulu
memberikan pertimbangan, memanfaatkan waktu secara bijaksana, dan berlatih
menyimak bahan-bahan yang sulit.
2. Saran
2. Saran
Penulis memberikan beberapa saran yaitu
sebagai berikut :
1.
Menerapkan dan memahami suasana dalam menyimak
2. Menerapkan menyimak tepat guna dalam kehidupan sehari-hari
3. Melaksanakan perilaku menyimak dalam kegiatan menyimak agar kualitas menyimak lebih baik.
2. Menerapkan menyimak tepat guna dalam kehidupan sehari-hari
3. Melaksanakan perilaku menyimak dalam kegiatan menyimak agar kualitas menyimak lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa
Gibb; Jack R. 1961. “Defensive Communication” dalam The Journal of Communication,
11 (1961): 141-8
Logan; Lilian M. [et al]. 1972. Creative Communication: Teaching The Language Arts.
Toronto: Mc Graw. Hill Ryerson Ltd
Tarigan, Djago. 1986. Keterampilan Menyimak. Jakarta: Karunia
Simaremare, Rumasi. 2008. Keterampilan Menyimak. Medan: UNIMED
http://edisusilo09071991.blogspot.co.id/2015/02/upaya-menyimak-tepat-guna.html